Senin, 31 Maret 2014

cara santai ngobrolin UN


Hah! Buletin gaulislam udah ngebahas Ujian Nasional alias UN lagi? Emang udah deket ya? Nah, buat sobat gaulislam yang udah kelas tiga pasti ngeh dong. Ya iyalah, wong udah deg-degan gitu. Denger nama UN aja hati udah kebat-kebit, mulut manyun, keringat segede jagung hybrid, kaki dan  tangan dingin. Kalo itu sampai kamu alami, hati-hati, jangan-jangan bukan karena kamu gugup menghadapi UN, tapi kamu lagi mules kebanyakan makan cabe (hehehe…).

Fenomena UN kayaknya emang masih jadi momok di negeri ini. Banyak kasus ditemukan pelajar yang stress, depresi bahkan bunuh diri akibat gagal UN. Astaghfirullah, begitulah nasib remaja yang imannya nggak kalah tipis dengan kertas. Sampai-sampai baru ngadepin salah satu ujian di dunia aja udah nekat ngabisin nyawa. Rugi banget, Sob! Nah, anggapan UN sebagai monster yang menakutkan ini malah dimanfaatkan sebagian oknum. Dari  jualan soal UN dengan cara lelang, sampai nyogok orang yang dianggap berwenang. Orang tua pun kecipratan imbasnya. Sejumlah dana tambahan harus dikeluarkan agar anaknya lulus UN. Baik ikut try out bersama maupun ikut proyek tambahan pelajaran alias les. By the way, perlu nggak sih ada UN? Ada UN, banyak untungnya atau ruginya, ya? Yuk kita bahas sampai tuntas. Pegangan yang kenceng ya, kita berangkat dengan injak gas penuh. Wuuusss….


Ada UN: untung atau rugi?

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, udah sejak lama permasalahan UN diperdebatkan. Sebagian pihak menilai adanya UN menguntungkan karena dianggap sebagai alat ukur keberhasilan pendidikan dan sebagai acuan untuk perbaikan pendidikan ke depan. Menteri pendidikan bahkan menganggap ujian nasional udah nggak perlu lagi dipersoalkan. Ujian nasional udah final. kalau perlu ada perubahan, maka sistemnya yang harus disempurnakan.

Oke, ujian memang harus ada sebagai penilaian layak atau nggaknya siswa ikut pelajaran pada jenjang berikutnya. Tapi masalahnya, kerugian ujian dalam bentuk UN ternyata lebih banyak lho, dibandingkan keuntungannya. Apa aja tuh? Di bawah ini adalah poin-poin kerugian UN yang berhasil dikumpulkan ama penulis. Pertama, banyak pihak menilai, UN sangat menghambur-hamburkan uang, baik dana pemerintah terlebih dana masyarakat atau tepatnya uang orang tua siswa. Walaupun pemerintah sering gembar gembor UN nggak boleh memungut biaya lagi pada siswa, tapi pada prakteknya, apapun caranya pasti sekolah memungut biaya. Misalnya ada yang dengan menabung bersama SPP selama satu tahun, ada juga yang dipungut pada akhir kelas tiga.
Kedua, UN jadi lahan empuk mengeruk keuntungan pribadi. Hal ini disebabkan bantuan pemerintah untuk pelaksanaan UN ke sekolah penyelenggara jumlahnya nggak mencukupi kebutuhan. Apalagi bantuan itu turunnya setelah pelaksanaan ujian kelar. Jadi, ‘terpaksa’ deh sekolah memungut biaya kepada siswa. Padahal pemungutan biaya ini seringkali memberatkan siswa. Terus, kalo dari pemerintah dananya kurang, kudu gimana dong? Menurut UU, semestinya semua biaya penyelenggaraan UN ditanggung oleh pemerintah pusat. Nah, kekurangannya baru dipenuhi oleh pemerintah propinsi, kabupaten/kota. Parahnya Sob, momen UN ini juga dijadikan lahan oleh mereka yang mau memanfaatkan situasi. Misalnya dengan proyek pengadaan try out bersama, proyek tambahan pelajaran/les, proyek pengadaan alat tulis UN dl. Jadilah kebutuhan UN makin mahal.

Ketiga, UN jadi pemicu banyak orang untuk berpikiran curang, nggak jujur, penipu, bahkan jadi pencuri. Banyak pimpinan sekolah, staf en guru yang sibuk membuat strategi sukses UN sampai-sampai menghalalkan segala cara. Ada juga guru dan wali kelas yang disibukkan dengan ‘mempercantik’ nilai raport agar dapat mengangkat nilai siswa, padahal nilai itu kan gambaran dari kemampuan peserta didik itu sendiri. Udah pasti dong siswa yang diuntungkan adalah siswa yang nilainya nyungsep alias rendah. Meski nggak semua guru begitu, lho.

Kerugian yang keempat, dengan adanya UN sebagai penentu kelulusan bikin banyak orang yang terlibat jadi egois. Yaitu hanya berpikir untuk keselamatan mereka masing-masing. Mereka menghalalkan segala macam cara agar bisa selamat. Emang iya? Ya iyalah. Coba, siapa yang nggak mau lulus sekolah? Siapa yang sudi dicopot dari jabatannya karena sekolah yang dipimpinnya tingkat kelulusannya rendah? Siapa yang mau sekolahnya nggak dapat siswa lagi karena orang tua pada emoh nyekolahin anaknya di sekolah yang siswanya banyak nggak lulus UN? Siapa yang pengen dikatain daerahnya kualitas pendidikannya rendah? Siapa yang ingin sekolahnya rusak karena sekolahnya dilemparin batu ama siswa yang nggak lulus? Dan sederet siapa lainnya. Hadeuh, emang miris ya, kondisi pendidikan negara kita.

Lanjut pada kerugian yang berikutnya. Kebijakan UN seperti saat ini amat merugikan siswa yang pandai dan sekolah yang benar-benar menerapkan aturan dengan tertib. Banyak lho kejadian siswa yang sekolahnya amburadul tapi malah siswa-siswanya dapat nilai lebih baik dari siswa yang rajin dan pandai. Sekolah yang benar-benar tertib melaksanakan aturan malah banyak siswanya yang nggak lulus.

Nah, yang terakhir nih, hasil UN yang diharapkan bisa jadi alat ukur pendidikan sekaligus sebagai bahan kajian untuk menentukan kebijakan pendidikan ke depan, justru akan lebih memperparah masa depan dunia pendidikan. Bagaimana nggak, lha wong potret wajah pendidikan yang dihasilkan dari hasil UN nggak menunjukkan potret sebenarnya. Makanya, karena kondisi UN yang demikian itu udah jadi rahasia umum, maka banyak yang meragukan hasil UN. Ketika siswa-siswa tersebut nerusin ke perguruan tinggi, hasil UN nggak langsung dipake sebagai nilai seleksi. Maka siswa tersebut harus tes lagi. Jelas itu lagi-lagi pemborosan. Nggak efisien. Jadi, nggak salah kan kalo penulis bilang banyak ruginya dari pada untungnya?


Ini dia pendidikan bermutu

Bro en Sis rahimakumullah, sobat gaulislam, tentu dong kalian mau tahu pendidikan yang bermutu itu yang seperti apa? Jawabannya, seperti yang pernah diterapkan di era kekhilafahan, yaitu ketika Islam diterapkan hingga mencapai kegemilangan. Kalau sistem pendidikan yang ada sekarang bertujuan menciptakan manusia sebagai mesin materi (sekolah agar nanti kerja dan menghasilkan banyak uang). Pendidikan Islam justru dalam rangka membentuk manusia yang memiliki kepribadian Islami. Caranya, dengan jalan menanamkan Islam sebagai keyakinan, pemikiran dan perilaku. Selanjutnya, mempersiapkan generasi kaum muslim yang memiliki keahlian dan spesialisasi di seluruh bidang kehidupan, seperti kedokteran, biologi, kimia, fisika dsb.

Pembentukan kepribadian ini harus dilakukan pada semua jenjang tapi disesuaikan dengan jenjangnya. Pada tingkat TK-SD mereka lebih banyak diberikan materi yang bersifat pengenalan keimanan. Barulah setelah jenjang SMP, SMA, dan perguruan tingga materi yang diberikan bersifat lanjutan. Hal ini dimaksudkan untuk memelihara sekaligus meningkatkan keimanan serta keterikatannya dengan syariat Islam. Standar keberhasilannya adalah, bahwa anak didik dengan penuh kesadaran (bukan dalam keadaan pingsan lho, hehehe…) telah berhasil melaksanakan seluruh kewajiban dan mampu menghindari segala tindak kemaksiatan kepada Allah Ta’ala. Pada tingkat perguruan tinggi ilmu yang didapat tersebut bisa dikembangkan sampai derajat pakar di berbagai bidang keahlian, ulama’, dan mujtahid.

Dalam sistem Islam, evaluasi dilakukan secara menyeluruh. Ujian umum diselenggarakan untuk seluruh mata pelajaran yang telah diberikan. Ujiannya melalui 2 cara, tulisan dan lisan. Ujian lisan ini terbukti efektif lho untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami pengetahuan yang udah dipelajari. Di samping itu, tentu aja ada ujian praktek untuk keahlian tertentu semisal kedokteran. Siswa yang naik kelas atau lulus harus dipastikan mampu menguasai pelajaran yang telah diberikan dan mampu mengikuti ujian sebaik-sebaiknya. Nah, yang perlu dicatet nih, siswa-siswa yang udah dinyatakan lulus adalah siswa-siswa yang bener-bener menguasai ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya dan memiliki pola tingkah laku yang islami. Keren abiz! Sumpah, itulah kehebatan sistem Islam.

Bagi mereka yang udah lulus, punyak hak istimewa, yaitu boleh mengajarkan ilmunya; meriwayatkan hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam yang mereka dapatkan informasinya dari guru-gurunya dan boleh berfatwa sesuai kapasitas ilmunya. Bagi mereka yang udah menguasai ilmu kedokteran, boleh meracik obat, mengobati penyakit dll. So, para ilmuwannya pun harus ngerti agama.

Dari uraian di atas, terbukti kan sistem Pendidikan Islam yang berada dalam naungan pemerintahan Islamlah yang unggul. Ujian beres, tujuan pendidikan sukses, generasi yang dihasilkan juga mak nyess.


Tips keren hadapi UN

Nah, sobat gaulislam, setelah membaca fakta di atas, saya berharap kamu nggak jadi berkecil hati. Buat kamu yang mau UN, gaulislam punya tips keren nih. Pertama, kuasai materi. Artinya, bukan hanya menghafal semua materi yang ada. Biasakan untuk berlatih soal dan aplikasikan rumus dengan tepat. Kedua, rajin evaluasi diri. Caranya dengan mengetahui seberapa cepat kamu mengerjakan soal dan seberapa besar tingkat ketepatannya. Jadi pas UN kamu jadi tahu kira-kira berapa waktu yang kamu butuhkan untuk menyelesaikan sekian soal. Berlatihlah dari sekarang, manfaatkan waktu yang masih tersisa agak luang.

Nah, yang nggak kalah penting jangan lupa istirahat en jaga kesehatan. Otak kamu butuh jeda, begitu juga tubuhmu. Hindari belajar cara SKS (sistem kebut semalam). Ini bener-bener bikin kamu capek en stress. Tentunya juga nggak akan baik hasilnya. Oya, yang paling penting dari itu semua adalah, berdoa. Percayalah, Allah Ta’ala selalu bersama kita. Hanya Allah yang Maha Penolong. Jika Dia menghendaki segala sesuatu—termasuk kelulusanmu—maka tak akan ada yang bisa menghalangi-Nya. Berusahalah, dan serahkan hasilnya pada Allah Ta’ala. Semangat ya! [Wita Dahlia | wita_dahlia@yahoo.com]

kabar dari inggris



 
Namanya Shabina Begum. Ia muslimah keturunan Bangladesh, namun dilahirkan dan besar di Inggris. Umurnya 14 tahun saat ia mulai bersekolah di Denbigh High School, Luton, Bedfordshire; setara SMP-SMA di Indonesia. Awalnya sih nggak ada masalah antara Shabina dengan pihak sekolah. Suatu saat di bulan September, setelah liburan panjang musim panas di mana tahun ajaran baru dimulai, Shabina datang ke sekolah dengan berjilbab. Ia hadir berbusana muslimah lengkap, dengan kerudung yang menutup kepala, rambut, leher hingga dada, dan seragam sekolah jubah/gamis terusan lebar dan panjang.
Eh, Bro en Sis, ternyata pihak sekolah nggak suka melihatnya berbusana kayak gitu lalu memberikan pilihan kepada Shabina untuk keluar dari sekolah atau mengganti jilbabnya dengan shalwar kameez,  sejenis baju kurung busana tradisional perempuan di Pakistan dan Afghanistan. Terdiri atas baju kurung berlengan panjang dan menutupi lutut serta biasa dikenakan dengan celana panjang. Shabina menolak mengenakan Shalwar kameez. Ia kekeuh dengan jilbabnya.
Nah, lalu apa yang terjadi? Sengketa antara Shabina dan pihak Denbigh High School harus berlanjut ke jalur hukum. Selama dua tahun Shabina harus berurusan dengan pengadilan. Selama itu pula ia harus berhadapan dengan ratusan wartawan dan jurnalis dari berbagai media cetak dan elektronik, baik dari Inggris maupun dari negara-negara lain. Shabbina bukan hanya berhadapan dengan Denbigh High School. Tidak sedikit media Inggris yang tidak punya hati menyerang pilihannya berjilbab. Saat ia memenangkan perkaranya di tingkat pengadilan daerah, editorial harian The Daily Mail menggambarkan keputusan pengadilan tinggi yang memenangkan Shabina sebagai “memenangkan kaum minoritas dengan mengabaikan kepentingan kaum mayoritas”. Tidak sedikit pula media yang semena-mena menyatakan Shabina telah menjadi boneka dari apa yang mereka sebut sebagai “kelompok ekstremis Islam”. Waduh, sebegitu paranoidnya mereka ya? Kalo di Indonesia yang mayoritas muslim, udah dipepes bumbu pedas kali, tuh media!
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kisah Shabina terus menggelinding. Denbigh High School mengajukan banding. Perkara di antara keduanya berlanjut hingga ke pengadilan tertinggi di Inggris, yakni House of Lords. Di pengadilan paling tinggi di Inggris ini, ia dibela oleh Cherie Booth Blair, istri Perdana Menteri Inggris Tony Blair, yang juga pengacara pembela hak asasi manusia. Shabina kalah. House of Lords memenangkan Denbigh High School, dan tetap memberikan pilihan keluar dari sekolah atau memakai shalwar kameez. House of Lords menyatakan, keluarga Shabina telah mengetahui kebijakan seragam di sekolah itu. Karena itu, mereka seharusnya menyekolahkan Shabina ke tempat lain jika mereka keberatan dengan kebijakan seragam di Denbigh High. Shabina memilih pindah ke sekolah lain. Hmm… kasusnya mirip kayak temen-temen kita di Bali ya, dimana mereka adalah minoritas. Kasihan banget.

Sekulerisme, liberalisme, demokrasi
Hah? Apa pula ketiga istilah itu ya? Kamu pusing, mual-mual plus mules baca subjudul ini? Jangan diteruskan ngeden! Jangan ah. Kamu harus tahu soal ini juga dong. Yup! Kalo dipikir-pikir, kenapa sih Barat begitu sulit nerima Islam di ranah umum? Ini akibat paham sekulerisme, liberalisme, dan demokrasi yang menancap demikian kuat di Barat, Bro en Sis. Sekularisme adalah pemikiran yang memisahkan agama dari kehidupan. Jadi, ya kehidupan itu musti steril dari urusan agama. Liberalisme, maksudnya pola pikir dan pola sikap rakyat hendaknya terserah rakyat sendiri. Dengan kata lain, liberalisme memberikan kebebasan bagi manusia untuk membuat aturan sendiri untuk menata kehidupannya. Nah, kebebasan inilah yang dijamin oleh demokrasi. Dijamin rusak!
Jika kita melihat lebih dalam pada demokrasi, kita akan menemukan empat pilar kebebasan demokrasi; kebebasan beragama (freedom of religion), kebebasan berpendapat (freedom of speech), kebebasan kepemilikan (freedom of ownership), dan kebebasan bertingkah laku (personal freedom).
Oya, kamu perlu tahu kenapa kawan kita, Shabina di Inggris itu ngotot pake jilbab? Ingat ya, jilbab. Bukan kerudung. Sebab, keduanya berbeda makna. Ini penjelasannya Bro en Sis. Jilbab di dalam kitab al-Mu’jam al-Wasith karya Dr. Ibrahim Anis diartikan sebagai “Ats tsaubul musytamil ‘alal jasadi kullihi” (pakaian yang menutupi seluruh tubuh), atau “Ma yulbasu fauqa ats tsiyab kal milhafah” (pakaian luar yang dikenakan di atas pakaian rumah, seperti milhafah (baju terusan), atau “Al Mula`ah tasytamilu biha al mar’ah” (pakaian luar yang digunakan untuk menutupi seluruh tubuh wanita). Jadi, jilbab adalah kain terusan dari kepala sampai bawah (Arab: milhafah/mula`ah) yang dikenakan sebagai pakaian luar (melapisi pakaian rumah, seperti daster, atau baju kaos dan celana panjang, yang dipakai setelah memakai pakaian dalam) yang diulurkan ke bawah hingga menutupi kedua kaki. Sementara tentang kewajiban berjilbab dan berkhimar (berkerudung) di tempat umum, kamu yang muslimah pasti sudah tahu banget dalilnya. Ya, betul. Itu dalam surah al-Ahzab ayat 59 dan surah an-Nur ayat 31.
Namun di Inggris berjilbab di SMP-SMA umumnya masih sulit untuk bisa dijalankan. Di negara Barat pada umumnya, jilbab masih sering memantik polemik. Perancis, misalnya, hingga hari ini (lebih dari 10 tahun) masih melarang pemakaian jilbab di tempat umum. Tahun lalu saja, seorang muslimah perawat dipecat dari pekerjaannya karena menolak menanggalkan jilbabnya (Tempo, 10/4/2013)

Cuma ilusi
Sobat gaulislam, kalau emang konsisten dengan demokrasi, harusnya nggak ada masalah dong dengan pemakaian jilbab di sekolah dan tempat umum lainnya? Bro en Sis, justru inilah masalahnya. Karena diserahkan kepada manusia, maka tidak konsisten. Tak jarang bahkan berlawanan dengan akidah Islam.
Persoalannya adalah karena bebas beragama, maka bebas pula untuk tidak beragama alias atheis. Daniel Radcliffe, pemeran Harry Potter adalah salah satu aktor yang terang-terangan mengaku atheis. Mau jadi atheis? Sah-sah saja dalam sistem liberal. Sebaliknya, ketika ingin beragama Islam yang kaaffah, total dan menyeluruh, sungguh sulit. Adanya perlindungan terhadap kebebasan berpendapat seringkali menyebabkan Islam dilecehkan dan dihina. Misalnya, berkali-kali media Barat membuat kartun yang menggambarkan sosok Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan bom di kepalanya. Ini dilakukan oleh Jyllands-Posten, surat kabar terbesar di Denmark, diikuti majalah Charlie Hebdo yang terbit di Perancis.
Kebebasan bertingkah laku? Ini pun hanya berlaku sesuai dengan yang disepakati mayoritas penduduk. Di Barat, lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LBGT) dilindungi keberadaannya. Barat pun tidak melarang peredaran dan konsumsi minuman keras. Yang dilakukan Barat adalah, ‘mengatur’ peredaran dan konsumsi minuman keras. Apalagi pacaran. Ah, ini malah salah satu kebebasan yang dilindungi oleh demokrasi Barat. Padahal LGBT, minuman keras, pacaran, ini semua adalah hal yang diharamkan oleh Islam. Beginilah, demokrasi dan Islam itu bagaikan air dan minyak, bak langit dan bumi, tak bisa disatukan dan sangat jauh perbedaannya.

Berbahagialah dengan Islam
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Bersyukurlah muslimah yang hidup di Indonesia. Bisa berjilbab sempurna. Mengkaji Islam banyak forumnya. Suara kumandang adzan bisa didengar lima waktu setiap harinya. Nuansa keislaman sungguh terasa. Bila mau mengkaji Islam lebih intensif, akan merasakan indahnya ukhuwah Islamiyyah, bahwa sesama muslim adalah saudara.
Mungkin kamu akan berdalih, ah di Indonesia juga nggak gitu-gitu amat enaknya. Ya, setuju. Seratus persen benar. Belum semua sekolah di Indonesia membolehkan siswinya berjilbab. Misalnya di Bali. Dalam laporan investigasi tim advokasi dari Pelajar Islam Indonesia (PII), tertera ada 21 SMP dan SMA negeri di Bali yang terbukti melarang jilbab dengan aturan tertulis dan larangan lisan. Minuman keras, pornografi, kekerasan dan tawuran pelajar masih kerap menghiasi media. Pacaran adalah fenomena umum yang sukar sekali menghindarinya. Asmirandah keluar dari Islam, kita juga nggak bisa ngapa-ngapain selain mendoakan dia segera sadar dari kekhilafannya dan bertobat. Lha, mau gimana lagi kebebasan berganti agama juga dilindungi di Indonesia, kok. Inilah hasilnya kalau sekulerisme, liberalisme, dan demokrasi, dipelihara. Harusnya, ketiganya dibuang aja agar tertinggal jauh di belakang masa silam kita. Islam nggak butuh ketiga paham itu kok.
Namun, biar bagaimanapun, geliat Islam di Indonesia jauh lebih semarak daripada di Inggris. Di Inggris, dakwah Islam belum secanggih di Indonesia. Ngajinya masih tradisional, maksudnya diajarkan di masjid-masjid sekitar rumah, atau diajar sendiri oleh orang tuanya. Forum-forum ngaji untuk remaja sangat jarang. Apalagi buku dan majalah Islam untuk remaja, masih sangat langka. Maka jangan heran kalau menjumpai remaja muslim di Inggris, udah gede, udah baligh, tapi belum bisa membaca al-Quran. Belum bisa sholat. Surat al-Fatihah dan surat-surat pendek aja nggak hafal. Ya karena memang muslim adalah minoritas di Inggris.
Jadi, buat kamu yang di Indonesia, ayo memanfaatkan kesempatan dengan sebaik-baiknya. Mumpung nggak pake sulit, yang muslimah ayo berjilbab sesuai aturan Islam. Bukan cuma membungkus kepala dan leher, tonjolan-tonjolan bodi juga termasuk aurat yang harus dijilbabi. Untuk kamu yang muslim, yuk kita belajar Islam lebih baik. Bisa lewat forum-forum pengajian di sekolah dan rajin mengikuti agenda dakwah. Juga dengan membaca buku-buku keislaman yang dijual melimpah. Kalo dana cekak, pinjem (tetapi jangan lupa dikembalikan). Kalo masih males, minimal baca aja gaulislam secara rutin (hehehe… promosi gratis).
Eh, jangan lupa, kita doakan agar Islam juga berkembang lebih baik lagi di Inggris. Setuju? Sepakat, dong, ya! [Nurismawati Machfira, Nottingham, UK]

muslimah smart



Muslimah itu kudu smart alias cerdas. Bukan hanya nilai ulangan Fisika dan Kimia yang tinggi itu disebut smart, tapi juga cara dia bergaul menentukan sekali smart atau tidaknya seorang muslimah. Yang namanya muslimah, identitas dia terlihat terutama dari cara berpakaian. Jelas donk, dia harus menutup auratnya kecuali muka dan telapak tangan. Nah, dalam posisi ini sang muslimah membawa nama Islam dalam seluruh perilakunya. So,watch out! Kamu kudu hati-hati.
Kenapa harus hati-hati? Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kamu tentu tahu dong kalau seusiamu ini, meleng sedikit bisa habis dimangsa serigala. Ya…serigala berbulu domba alias cowok yang terlihat manis padahal niatnya busuk untuk menjerumuskan kamu. Konon, masa-masa remaja itu adalah masa yang paling indah. Jadi bila jatuh cinta sedikit saja, maka serasa dunia milik berdua. Perasaan seperti inilah yang mudah dimanfaatkan oleh oknum yang tak bertanggung jawab.

Itu sebabnya, dibutuhkan langkah-langkah jitu untuk menjadi muslimah yang smart. Kalau kamu smart, sulit untuk dibodohi apalagi dimanfaatkan atas nama cinta padahal nafsu yang merajalela. Nih, pantengin ya beberapa tips di bawah ini supaya kamu selamat dunia akhirat, insya Allah.


Smart = nggak kupeng

Kupeng alias kurang pengetahuan. Muslimah itu wawasannya harus luas. Bukan cuma gosip artis yang diurusin atau model baju terbaru yang diketahui. Gadget terbaru selalu update tapi hanya untuk main game atau bahkan nyari gebetan via facebook. Rajin di depan TV tapi sekadar mantengin acara musik atau FTV. Hadeuuh.. asli nyebelin!

Wawasan luas itu lebih ke pengetahuan yang mempunyai efek bagi bertambahnya keimanan dan kepedulian terhadap nasib umat ini. Misal nih, kamu tahu bahwa berkembangnya hormon yang menjadikan tertarik pada lawan jenis itu memang alami. Nah, yang penting untuk disikapi adalah kamu mau mengikuti nafsu tersebut dengan cara tidak halal yaitu berpacaran atau mengendalikannya dengan kegiatan yang bermanfaat. Muslimah smart tentu pandai memilih yang sesuai syariat, pastinya. Kondisi ini kamu sharing dengan teman-teman sesama muslimah untuk saling menguatkan dalam keimanan dan mengingatkan dalam kebaikan. Tuh, catet deh sama kamu!

Sobat gaulislam, nggak berhenti di situ saja, lho. Muslimah smart juga rajin mengikuti berita perkembangan dunia Islam baik di dalam maupun luar negeri. Mulai dari heboh mau pemilu di negeri ini, tuduhan terorisme yang merupakan setingan Amerika untuk memusuhi Islam hingga berita luar negeri seperti konflik di Suriah untuk perjuangan menegakkan kalimat Allah.
Penting sekali luasnya wawasan ini, supaya kamu tahu bahwa umat Islam dan problematikanya bukan hanya ada di Indonesia saja. Nasionalisme sempit yang ada juga nggak bakal berkembang ketika kamu melihat bahwa saudara muslim di belahan bumi lain juga membutuhkan pertolongan, dukungan, dana dan doa dari kita semua.

Wawasan muslimah smart juga bukan tentang masalah dunia saja. Atau sebaliknya, tahunya cuma masalah salat, puasa, zakat dan haji. Iya sih, itu memang wajib tahu. Tapi muslimah smart juga paham bahwa Islam bukan hanya soal itu saja. Islam itu kan the way of life alias jalan hidup. Jadi ya urusan dunia dan akhirat harus sama-sama paham dengan berimbang. Bukan hanya berat di salah satunya saja. Ini semua sudah pernah dicontohkan oleh generasi hebat sebelum kita kok. Mereka itu ibarat singa yang perkasa di siang hari (keperluan dunia) dan seperti rahib di malam hari (rajin ibadah). Lagipula, kedua hal tersebut ada nilai pahalanya sendiri-sendiri di hadapan Allah Ta’ala. Catet dan ingat-ingat, ya!


Smart = nggak kuper

Kuper alias kurang pergaulan. Ada loh muslimah itu yang rajin mengurung diri di kamar saja. Dia baik dan salihah tapi dipakai untuk diri sendiri. Dia cerdas tapi enggan berbagi. Seolah-olah surga untuk ditempati sendiri. Ih…semoga kamu bukan termasuk tipe ini ya.
Sebaliknya nih, ada muslimah yang rajin jalan-jalan di mal tapi untuk nongkrong dan cuci mata. Gabung di organisasi tapi dengan niatan mau cari pacar. Punya banyak teman tapi tidak membawa manfaat bagi perbaikan diri.

Kedua tipe di atas tak bisa dipilih. Muslimah smart itu tipenya peduli. Bukan hanya diri sendiri, tapi juga keluarga, teman, dan lingkungan. Banyak bergaul itu memang harus. Tapi bukan bergaul yang kebablasan sehingga cenderung bebas. Tetaplah ada rambu-rambu bagi seorang muslimah ketika melibatkan diri dalam kegiatan kemasyarakatan atau berorganisasi. Ini artinya, tetap kudu waspada.

Biar kata kamu harus banyak bergaul tapi ingat, bergaul yang syar’i itu harus kamu pahami. Becanda boleh-boleh saja tapi jangan kelewatan. Tetap tidak boleh ada unsur bohong atau menipu di dalamnya. Juga, tidak usah terlalu banyak. Ibarat garam dalam masakan, rasanya tak enak bila kebanyakan bukan? Bahkan, banyak tertawa itu bisa mematikan hati loh. So, tetap jaga imej bahwa kamu muslimah.


Smart = jaga kehormatan

Sobat gaulislam, kamu sekarang tahu kan bahwa seorang muslimah itu harus luas wawasannya dan juga ramah terhadap sesama. Berjilbabnya kamu bukan halangan untuk menyapa tukang becak yang juga tetanggamu. Menyapa secara ramah bukan berarti lebay atau keganjenan. Juga bukan secara kaku dan sok suci.

Kehormatan muslimah itu mahal harganya. Maka, dengan bekal pengetahuan dan pergaulan yang cukup, seorang muslimah menjadi tahu bagaimana harus bersikap dan berperilaku. Dia nggak akan jual obral dengan bergaul bebas khususnya pada lawan jenis. Ada batas-batas tertentu yang harus dipatuhi demi menjaga kehormatan muslimah sendiri.

Pertama nih, harus menutup aurat. Alhamdulillah banyak muslimah baik secara sadar atau karena pembiasaan dari orang tua, sudah menutup aurat dengan sempurna. Kerudung yang menutup kepala hingga menjulur ke dada beserta dengan jilbab yang merupakan baju longgar tanpa potongan rajin dipakai bila keluar rumah.

Kedua, menghindari khalwat atau berduaan dengan lawan jenis. Muslimah smart nggak akan coba-coba untuk melanggar aturan ini.
Ketiga, tidak berikhtilat atau campur baur dengan lawan jenis. Ikhtilat adalah lawan dari infishal (terpisah). Pada dasarnya, Islam telah mewajibkan pemisahan antara pria dan wanita. Pemisahan ini berlaku umum dalam kondisi apapun, baik dalam kehidupan umum maupun khusus, kecuali ada dalil-dalil yang mengkhususkannya. Pada dasarnya, ikhtilath itu dibenarkan dalam aktivitas-aktivitas yang diperbolehkan oleh syara’. Terutama aktivitas yang di dalamnya mengharuskan adanya interaksi (aktivitas dalam urusan yang kedua). Misalnya, bercampur baurnya laki-laki dan wanita dalam aktivitas jual beli, atau ibadah haji dan juga dalam masalah kesehatan.
Rambu-rambu di atas diberikan oleh Allah yang sangat mengetahui potensi manusia. Namanya saja dibuat oleh Yang Mahatahu jadi sudah pasti jaminan mutu. Jadi nggak bakal ada trial and error kayak hukum buatan manusia deh. Nah, semoga kamu pada paham ya.

Bila perempuan utamanya muslimah mau mengikuti aturan ini dengan baik dan benar maka fenomena cewek cabe-cabean seperti yang marak akhir-akhir ini nggak akan terjadi.


Smart = mau ngaji

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Ngaji di sini bukan sebatas membaca al-Quran tanpa tahu maknanya. Ngaji di sini adalah memahami Islam berdasar Quran dan sunah serta ijma sahabat. Sekali mengaji dengan benar, kamu akan merasa bahwa banyak sekali ilmu Islam yang masih belum kamu ketahui. Makanya kamu nggak boleh sombong dan enggan mendatangi majelis ilmu.

Orang yang sudah tua ngaji dan ingat akhirat, itu biasa. Mau kemana lagi tujuan hidup bila usia sudah senja. Betul tidak? Tapi bila usia masih muda, remaja lagi, masih unyu-unyu sudah rajin mengaji, itu baru luar biasa. Biarpun muda, siapa yang bisa tahu kapan ajal kan tiba? Jadi jangan menunggu tua deh untuk mengaji dan beribadah dengan serius.

Kalau sudah ngaji, kamu akan tahu bahwa menyebarkan apa yang telah kamu ketahui itu adalah wajib dan merupakan tabungan kebaikan.


Finally…

Muslimah smart dimulai dari diri kita. Nggak usah jauh-jauh mencari teladan. Nggak usah bingung mencari padanan. Sosok istimewa ini ada di dalam diri kita, kamu dan juga saya. Kita semua mempunyai potensi untuk menjadi muslimah smart.

Ahh…mana bisa? Aku kan nggak pintar fisika. Aku juga pemalu, nggak bisa menyapa orang dengan ramah. Aku juga nggak tahu apa-apa tentang pergaulan dalam Islam apalagi berita tentang nasib umat baik di Indonesia maupun di belahan bumi sana.

Jangan patah semangat dulu, sobat gaulislam. Semua langkah besar dimulai oleh langkah kecil dulu. Harus ada langkah pertama yang harus dilakukan. Bila kamu belum memenuhi syarat sebagai muslimah smart di atas, ayo ambil langkah pertama dulu. Niatkan kuat untuk berubah. Bismillah. Selanjutnya mulai berbenah. Bagi yang belum berhijab, ayo segera ditutup auratnya dengan kerudung dan jilbab. Bagi yang sudah berhijab tapi akhlak belum beres, ayo mulai dijaga suara tertawanya atau becandanya. Untuk kamu yang sudah oke berhijab dan akhlaknya, ingat-ingat apakah ketika kamu berjanji suka ingkar atau tidak. Suka ngomong yang menyakitkan hati orang lain atau tidak.

Bila ini sudah oke semua, beranjak ke hal yang lebih besar. Lihat temanmu, adakah yang memerlukan bantuan? Bila iya, segera bantu. Bila tidak, ayo luaskan sudut pandangmu. Galang kepedulian terhadap muslim lainnya. Jangan sampai ada teman atau tetanggamu yang tidak bisa makan di saat kamu kekenyangan. Atau ada muslimah yang tidak bisa berhijab karena tak mampu membeli kain untuk menutup aurat.

Nah, mudah kan menjadi muslimah smart itu? Mulai dari diri sendiri, saat ini, dan jangan tunda lagi. [ria | riafariana@gmail.com]

ghibah penghancur kehormatan


 Kaum muslimin, masyarakat Islam merupakan masyarakat yang istimewa. Diantara keistimewaannya yang terpenting adalah, masyarakat Islam dikenal sebagai masyarakat yang penuh kasih sayang dan dipenuhi dengan cinta. Dibangun atas dasar saling tolong-menolong dan saling menghormati, dengan pondasi rasa saling cinta dan lembut dalam berinteraksi.
Namun, di sana terdapat penyakit berbahaya yang tersebar di masyarakat. Sedikit sekali majelis-majelis yang bisa selamat darinya, kecuali orang-orang yang Allah jaga dan lindungi dengan naungan-Nya. Penyakit itu adalah menggunjing (ghibah). Banyak orang yang menyepelekannya pada masa sekarang. Bahkan, perkara ghibah ini telah dikemas sedemikian rupa dalam berbagai acara TV yang menarik, dengan beragam istilah yang dipakai.

Definisi Ghibah

Pengertian ghibah dapat kita ambil dari apa yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah kalian apa itu ghibah?” Para shahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Rasulullah lalu berkata, “Memperbincangkan tentang saudaramu dengan apa yang ia benci.” Kemudian ada yang berkata, “Apa menurutmu apabila perkataanku terntang saudaraku itu benar?” Rasulullah menjawab, “Apabila perkataanmu tentang saudaramu benar, maka berarti engkau telah mengghibahinya (menggunjingnya), dan jika perkataanmu tidak sesuai dengan yang sebenarnya, maka engkau telah melakukan kebohongan terhadapnya.” (HR. Muslim)
Berdasarkan hadits di atas, dapat kita simpulkan bahwa ghibah atau menggunjing adalah membicarakan sesuatu tentang orang lain yang ada pada dirinya, yang apabila dia mendengar hal tersebut maka ia akan membenci perkataan tersebut.

Larangan Ghibah

Allah Ta’ala telah menyebutkan secara tegas larangan ghibah dalam Al Quran dalam firman-Nya (yang artinya)“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.” (QS. Al Hujurat : 12)
Renungkanlah bahasa yang Allah gunakan dalam ayat ini. Sebuah larangan yang diiringi dengan perumpamaan, sehingga membuat permasalahan ini bertambah besar dan perbuatannya menjadi sangat buruk : “Sukakah salah seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati?Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya.” Memakan daging manusia merupakan perbuatan yang sangat menjijikkan bagi setiap watak dan tabiat, meskipun orang kafir. Kemudian, bagaimana ketika yang dimakan adalah saudara seagama?! Tentu rasa kejijikan akan semakin besar. Bahkan, bagaimana lagi jika yang dimakan itu adalah bangkai yang sudah mati?! (Lihat Kaukabah Al Khutob Al Munifah, Syaikh Abdurrahman AsSudais)

Bahaya Ghibah

Ghibah merupakan perilaku buruk dan berbahaya. Para ulama terdahulu telah menyebutkan tentang bahaya ghibah. Imam AlQurthubi menyebutkan bahwa ghibah itu termasuk dosa besar, sebanding dengan dosa pembunuhan, riba, zina, dan dosa-dosa besar yang lain. (Al Jami’ li Ahkam Al Qur’an, 16/337)
Hasan Al Bashri berkata, “Demi Allah, menggunjing lebih cepat merusak agama seorang mukmin melebihi dari penyakit yang menggerogoti tubuhnya.”
Qatadah berkata, “Disebutkan kepada kita bahwa siksa kubur itu terdiri dari tiga perkara : sepertiga darighibah, sepertiga dari kencing (tanpa besuci), dan sepertiga dari namimah (mengadu domba)”. Diceritakan, suatu ketika ada seseorang yang sedang menggunjing di hadapan ulama salaf, maka dia menegurnya dan berkata, “Hai kamu! Berhati-hatilah seperti engkau berhati-hati terhadap jilatan anjing(Ash Shamt, Ibnu Abid Dunyahal. 129)
Syaikh Prof. Dr. Abdurrahman AsSudais berkata dalam salah satu khutbahnya, “Menggunjing yang paling berbahaya dan paling besar madhorotnya adalah gunjingan yang dapat menjatuhkan kehormatan para pemimpin umat Islam. Padahal, yang seharusnya dilakukan adalah mendoakan meraka, menampakkan kebaikan-kebaikan mereka, serta saling memberikan nasehat secara rahasia sehingga tidak membuat panas hati orang-orang awam dan masyarakat. Demikian juga terhadap para ulama dan dai, kedustaan terhadap mereka mudah didengar orang banyak dan menggunjing mereka adalah sikap tercela. Barang siapa yang telah menjatuhkan mereka dan menimpakan aib kepada mereka, maka Allah akan mengujinya dengan menjadikan hatinya mati sebelum jasadnya mati.” (Lihat Kaukabah Al Khutob Al Munifah)

Hukuman Bagi Pelaku Ghibah

Allah mengancam hukuman yang berat bagi orang yang suka ber-ghibah. Rasulullah bersabda, “Wahai orang-orang yang beriman hanya dengan lisannya dan tidak sampai ke hatinya! Janganlah menggunjing kaum muslimin dan jangan mencari-cari kejelekan mereka. Barangsiapa yang mencari-cari kejelekan mereka, Allah akan mencari-cari kejelekannya. Dan barangsiapa yang Allah cari kejelekannya, maka Allah akan membuka kejelekannya di rumahnya sendiri.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
Sementara hukuman akhirat yang dipersiapkan bagi orang yang suka menggunjing adalah sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Anas radhiyallahu ‘anhu, “Ketika aku mi’raj, aku melewati kaum yang memiliki kuku dari tembaga, yang mencakar dan melukai wajah dan dada mereka. Aku bertanya, “Siapa mereka itu ya Jibril?”. Jibril menjawab, “Mereka adalah orang yang memakan daging manusia dan menodai kehormatan mereka (menggunjing).” (HR. Abu Dawud)

Ghibah Yang Dibolehkan

Imam Nawawi menyebutkan ada beberapa ghibah yang diperbolehkan dengan tujuan yang benar secara syar’i, yang tujuan tersebut tidak bisa tercapai kecuali dengan ghibah tersebut, diantaranya :
  1. Ketika terzhalimi, maka boleh bagi orang yang terzhalimi untuk melaporkan orang yang berbuat zhalim kepada penguasa, polisi, atau siapapun yang memiliki kemampuan untuk mencegah dan menghukumnya.
  2. Meminta pertolongan untuk mengubah kemungkaran dan mengembalikan pelakunya kejalan yang benar dengan melaporkan kepada orang yang memiliki wewenang. Jika tujuannya bukan untuk menghilangkan kemungkaran, maka hukumnya haram.
  3. Meminta fatwa, maka dalam hal ini boleh menyebutkan orang yang bersangkutan meski menyamarkannya lebih diutamakan.
  4. Memberikan peringatan dan nasehat kepada kaum muslimin dari kejelekan, keburukan, dan kejahatan pelakunya. Termasuk dalam poin ini adalah ghibah untuk kepentingan yang lebih besar, seperti untuk kemashlahatan agama. Contohnya adalah apa yang dilakukan oleh para ahli hadits ketika menyebutkan kekurangan para pembawa hadits (perawi hadits-red), baik dalam masalah aqidah, hafalan, kejujuran, ketaqwaan, dan lain-lain. Begitu pentingnya masalah periwayatan hadits (sanad) ini sampai-sampai Ibnul Mubarak berkata, “Seandainya tidak ada sanad, maka setiap orang akan mengatakan apa saja yang dia kehendaki”
  5. Menjelaskan kefasikan atau kebid’ahan orang yang terang-terangan berbuat fasik atau bid’ah.
  6. Ta’rif, yaitu menyebutkan ciri-ciri tertentu pada seseorang yang tidak dimiliki oleh orang lain untuk memastikan siapakah yang dimaksud, seperti : “Si Abdullah yang buta itu, bukan Abdullah yang lain”. Tapi jika bertujuan untuk menghina, maka hukumnya haram. (Bahjatun Nazhirin, 3/30dengan perubahan)

Anjuran Untuk Menjaga Lisan

Banyak sekali hadits yang memerintahkan untuk menjaga lisan dan berkata-kata yang baik. Bahkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjamin orang yang bisa menjaga lisannya dengan baik adalah termasuk penduduk surga. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah perkataan yang baik atau diam”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Abu Musa AlAsy’ari, ia berkata, “Ya Rasulullah, orang muslim mana yang paling utama?”. Beliau menjawab, “Orang yang orang muslim lain selamat dari lisan dan tangannya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kemudian hadits dari Sahl bin Sa’ad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menjaga apa yang ada antara kedua jenggotnya (mulut) dan kedua kakinya (kemaluan), maka aku menjamin baginya surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Penulis : Agung Panji Widianto (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Muroja’ah : Ustadz Abu Salman, B.A