Senin, 02 Juni 2014

audisi putri muslimah..itu jebakan!!


 
Perempuan selalu identik dengan keindahan. Perempuan juga identik dengan sanjungan dan pujian. Sifat alami perempuan ini dipahami dengan baik oleh para pemilik modal untuk kemudian dikembangkan agar modalnya makin beranak-pinak. Ajang paling pas untuk mencapai tujuan ini adalah beauty pageant atau kontes kecantikan. Ada yang namanya Putri Indonesia, Putri Kampus, Putri Wisata, dan kontes sejenisnya. Kontes memakai istilah sok bule juga banyak. Mulai dari Miss Indonesia, Miss Universe, Miss World, hingga Little Miss juga ada.

Bro enSis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Tidak berhenti di situ. Seiring dengan maraknya semua yang bersimbol Islam termasuk busana muslimah, ranah ini dilirik juga oleh pemilik modal. Setelah sukses dengan penyelenggaraan Miss World Muslimah, salah satu stasiun TV swasta dalam waktu dekat akan mengadakan Audisi Putri Muslimah. Beberapa pihak menunjukkan sikap antusias dengan adanya acara ini. Dalihnya sih sebagai penyeimbang kontes umbar aurat sejenis kontes kecantikan Putri-Putrian dan Miss-Missan (jangan dibaca mimisan ya hehe). Parahnya lagi, ada yang menganggap Audisi Putri Muslimah sebagai awal kebangkitan Islam. Auwww….kejauhan Neng!

Semua kontes kecantikan sama!

Dipoles dengan nama apapun, dikemas dalam bentuk apa saja, dibawakan dengan nama seislami mungkin, yang namanya ajang kecantikan tetap kecantikan fisik yang menjadi sasaran. Nggak percaya? Coba saja kamu yang sudah kulitnya hitam, tingginya semampai alias semeter tak sampai, giginya tidak rata, hidungnya mancung ke dalam, memakai kacamata tebal ikut berbaris audisi Putri Muslimah. Kira-kira kamu bakal menang nggak ketika di sampingmu ada yang berkulit putih mulus, tinggi 160 cm, giginya putih rata, hidung proporsional dan memunyai bulu mata indah dan panjang lentik. Keduanya sama-sama memakai busana muslimah. Sudah bisa ditebak kan siapa yang dipilih?

Slogan inner beauty alias kecantikan yang terpancar dari dalam itu hanya pemanis buatan saja. Ibarat pemanis buatan dalam es lilin murahan yang dijual keliling, itu hanya bikin batuk orang yang memakannya. Begitu juga dengan kontes kecantikan ini. Biarpun diberi baju islami dengan kontestan berbusana muslimah, ini semua hanya akan melenakan kamu terhadap makna baju muslimah sebagai baju takwa, identitas kemuslimahan kamu serta tujuan dan jalan yang kamu tempuh.

Salah satu pemenang dalam kontes kecantikan Muslimah level dunia yang berasal dari Indonesia, ujung-ujungnya juga terjun dalam dunia tarik suara. Tetap saja joget-joget di depan banyak orang. Iya sih, meskipun tidak vulgar tetap saja larinya juga ke dunia entertainment yang memang menjanjikan uang banyak dengan cara instant. Lalu apa bedanya para muslimah yang seperti ini dengan artis-artis lainnya yang banyak menghiasi layar kaca? Tak ada. Bedanya cuma cara berpakaian saja.

Lalu di mana izzah (harga diri) seorang muslimah ketika ia memutuskan untuk menutup auratnya dengan sempurna? Remaja di luar sana yang memang masih berada di usia labil, bukan tak mungkin menjadikan mereka sebagai idola. Baju muslimah pun menjadi kehilangan makna ketika hampir semua perempuan bisa memakainya tanpa peduli dengan nilai yang harus ada menyertai baju takwa tersebut.

Menjadi cerdas, pintar, berakhlak baik dan salihah tak lagi menjadi prioritas. Muslimah akan terpalingkan dengan memilih baju yang sedang tren. Ada kerudung Marshanda, ada kerudung Inneke, ada jilbab Oki Setiana Dewi, dan berbagai macam model lainnya. Bila memang modelnya syar’i masih bisa ditolerir. Tapi bila modelnya sudah aneh-aneh, bukan tak mungkin remaja kita ikut menirunya juga.

Mereka akan sibuk memilih merk lip gloss, bedak, foundation, pernik-pernik kerudung dan jilbab dibandingkan dengan belajar supaya otaknya lebih cantik lagi. Boro-boro memikirkan mempercantik akhlak, menicure-pedicure sudah menanti agar di depan kamera terlihat lebih kinclong lagi. Bila kondisi perempuan atau muslimahnya sudah begini, lalu ke mana arah umat ini akan melangkah? Ingat, perempuan adalah tiang negara. Dia adalah tonggak satu peradaban. 

Amat mudah menghancurkan sebuah tatanan ketika perempuannya sudah rusak. Dan pintu ini adalah yang paling efektif untuk menghancurkan Islam dari dalam.

Muslimah, jaga izzah!

Sobat gaulislam, izzah atau harga diri muslimah itu mahal harganya. Janganlah ia diumbar cuma demi segepok rupiah, ketenaran semu dan puja-puji duniawi. Tak ada larangan kamu ikut kontes yang itu memang mengakui prestasimu. Tapi dalam kontes kecantikan, prestasi apa yang diakui di sana? Keindahan tubuh dan wajah perempuan adalah anugerah. Manusia tak punya wewenang untuk mengubahnya. Paling-paling malah ditambah dengan make up agar wajahmu terlihat makin bersinar demi rating. Rating ini mengundang iklan dan iklan ini yang akan menggemukkan pundi-pundi rupiah produser dan pemilik modal.

Audisi yang umumnya melibatkan karantina akan mengabadikan kegiatanmu sehari-hari. Ibadahmu disyuting. Tilawahmu dilaporkan ke khalayak. Sedih dan bahagiamu semua dalam pantauan kamera. Inikah yang memang kamu inginkan di masa muda? Muslimah yang kalah pulang, yang menang lanjut untuk kemudian mendapat hadiah dan sanjungan. Lalu apa yang membuat muslimah satu dianggap lebih baik atau lebih buruk daripada lainnya? Ibadah, hapalan, tilawah, akhlak, atau apa? Ingat, ini semua sifatnya cuma sementara. Ini hanya permainan dan senda gurau semata.

Islam tak akan pernah bangkit dari kontes sejenis ini. Bila ajang kecantikan ini dianggap sebagai era mulai bangkitnya Islam, percayalah ini semua nol besar. Belum pernah satu pun ada peradaban di dunia yang menjadi besar karena kontes kecantikan. Sebaliknya, hancurnya satu negara itu sangat besar peranan perempuan di dalamya ketika ia mulai bertingkah. Muslimah, kita tak hendak menambah daftar panjang ini kan? Jadi, tolak tayangan dan acara yang mengeksploitasi perempuan apalagi dengan simbol Islam.
Tak perlu bir dilabeli halal. Tak perlu pacaran disebut islami. Sangat aneh ketika judi dicari yang syar’i. Begitu juga dengan kontes kecantikan yang memang modalnya adalah menilai perempuan dari tubuh jasadi dan wajah semata. Tak perlu ia ada sebutan Putri Muslimah atau yang sejenisnya.

Bila kamu dianugerahi wajah cantik, beryukurlah. Tidak dengan ikut audisi kecantikan tapi dengan merawatnya sesuai syariat. Tidak dengan diumbar meskipun sudah berbusana muslimah, tapi dihias dengan perhiasan bernama malu. Hiasan malu ini akan  menjagamu untuk membatasi diri tampil di ruang publik yang tidak perlu apalagi berlenggak-lenggok di depan laki-laki non mahram yang juga tak ada kepentingan syar’i di dalamnya. Hiasi diri dengan keimanan, kecerdasan, dan akhlak yang baik. Perbagus dengan pemikiran Islam.

Dan bila kamu adalah muslimah yang dianugerahi Allah Ta’ala dengan ‘kekurangan’ menurut standar manusia, jangan berkecil hati. Allah tidak akan melihat wajah atau bodimu tapi Allah Ta’ala melihat pada takwamu dan kecantikan akhlakmu. Lagipula, dalam hidup ini kamu tidak butuh tepukan tangan dan pujian dari banyak orang yang menilai penampilanmu. Kamu cukup butuh satu orang yang akan  melakukan itu semua yaitu suamimu kelak. Dan yakinlah, dia akan datang seiring dengan kualitas dirimu yang sepadan untuknya. Laki-laki baik untuk perempuan yang baik, begitu sebaliknya.

Finally…

Cegahlah kemungkaran itu dengan tangan, bila tak bisa maka gunakan lisanmu dan bila masih tak bisa juga maka ingkarilah dengan hatimu. Maka ini adalah selemah-lemahnya iman. Bila kita tak mampu mencegah diselenggarakannya acara ini, maka gunakanlah mulut kita untuk memberi tahu bahaya apa di baliknya. Kita ingatkan saudara, tetangga, orang tua, teman-teman kita. Jangan sampai mereka ikut terpedaya dan merasa bangga dengan acara-acara berlabel keislaman padahal sejatinya kemungkaran dibungkus atas nama Islam.

Selain dengan lisan, kita juga bisa menggunakan media tulis untuk menyampaikan pesan. Tulislah dengan bahasamu sendiri yang ringan akan mudhorotnya kontes semacam ini. Bila juga masih tak bisa, kamu bisa kok ikut menggandakan dan menyebarkan isi buletin gaulislam ercinta ini. Dan selemah-lemahnya iman adalah ketika kamu sudah tak bisa melakukan langkah-langkah di atas, maka ingkarilah dalam hati.

Perbanyak istighfar dan palingkan perhatianmu dari acara kontes yang tak memberi nilai tambah pada kemajuan umat ini. Berikan doa yang tulus pada orang-orang di balik kontes ini agar mereka mendapat hidayah dan menyalurkan hartanya pada tempat yang seharusnya. Saudara kita di Palestina, Rohingya, Iraq, Syam/Suriah, Afghanistan, Palestina, India dan berbagai belahan bumi lainnya butuh untuk diekspos demi menggugah kesadaran muslim Indonesia.

Sudah cukup audisi dan tayangan yang tidak mendidik dari hari ke hari. Saatnya umat diajak mikir dan peduli bahwa PR bangsa ini, umat ini masih panjang. Dimulai dari kesadaran diri sendiri, yuk kita mengajak yang lain ikutan sadar. Audisi Putri Muslimah ini tak lain dan tak bukan, adalah semacam serigala berbulu domba. Terlihat manis di luar tapi sesungguhnya dalamnya tak beda dengan kontes kecantikan yang umbar aurat itu. So, kita tolak semua ajang kontes kecantikan apalagi bila Islam dipakai sebagai kedok untuk memuluskan rencana mereka. Tolak dengan tidak turut ambil bagian meskipun kirim SMS atau dukungan. Muslimah, jangan terjebak! Apalagi sengaja pengen terjebak dengan ikut-ikutan audisi acara tersebut. Nggak banget deh! [ria fariana | riafariana@gmail.com]

pertarungan belum usai..sobat..

 
Sobat gaulislam, rasa-rasanya, jika tak ada halangan, sesuai rencana yang bulan lalu ditetapkan Kemdikbud, inilah hari yang ditunggu-tunggu, atau mungkin juga membuat merinding kamu para pelajar SMA/MA/SMK (termasuk Paket C dan Paket C Kejuruan) yang telah melewati ‘pertarungan’ hebat melawan ‘brigade’ soal-soal Ujian Nasional beberapa waktu yang lalu. Inilah hari yang akan segera manjadi sejarah penting dalam timeline hidupmu. Karena di hari tersebut, kamu akan tahu keputusan apa yang tertulis dalam lembaran takdirmu; lulus, ataukah sebaliknya.

Mungkin bagi kamu yang melewati UN kemarin dengan lancar alias jauh dari bingung, menghadapinya dengan segudang penuh amunisi, rasa-rasanya, tidak ada alasan untuk khawatir berlebihan. Seharusnya, kamu bisa menjalani hari-hari dengan perasaan ringan. Toh kamu bisa mengerjakan soal-soal UN dengan mudah dan lancar, bukan? Kalau sudah demikian, apalagi yang hendak dikhawatirkan?

Beda halnya seandainya kamu menghadapi UN kemarin dengan ‘amunisi’ seadanya, contek sana contek sini, clingak-clinguk, menyandarkan nasib hanya pada kecurangan orang-orang di sekitarmu, detik-detik menanti hasil pengumuman kelulusan, tentulah menjelma menjadi menjadi sebuah penantian yang menyesakkan. Semakin dekat dengan hari itu, semakin sesak rasanya rongga dadamu. Tak ubahnya menanti sebuah kematian. Berdebar-debar bahkan hingga tidak enak makan, tidur pun tak nyenyak, galau, atau mungkin uring-uringan, serta segenap perasaan tidak enak lainnya. Rawan galau, deh!

Namun, apa pun yang terjadi nanti, lulus atau pun sebaliknya, persoalan ini seharusnya tidak membuatmu gundah gulana. Kenapa? Karena baik yang lulus maupun tidak, semuanya akan memikul beban masing-masing yang sama-sama tidak ringan. Janganlah kamu berpikir bahwa dengan lulus UN itu adalah akhir dari segalanya. Puncak dari semua kebahagiaan. Tidak. Sekali lagi saya katakan tidak.
Justru setelah lulus nanti, kamu akan merasakan bahwa perjuangan hidup itu akan semakin berat saja. Ibarat kamu bermain sebuah game dan kamu berhasil melewati satu level tertentu, maka untuk selanjutnya, kamu akan dihadapkan pada level berikutnya yang tentunya memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Lebih susah untuk ditaklukkan.

Maka setelah lulus SMA atau SMK nanti, kamu akan segera dihadapkan pada sebuah persoalan baru; ke manakah alur kehidupanmu kamu arahkan? Ini bukan persoalan mudah. Terutama bagi kamu yang mungkin belum memiliki rencana bahwa setelah lulus nanti, kamu akan ke mana dan mau ngapain.

Kuliah atau kerja, atau…?

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Bagi mereka yang sudah punya rencana, mungkin akan memikirkan untuk kuliah atau bekerja. Namun tak sedikit juga yang bingung mau ngapain setelah lulus nanti. Belum sempat atau mungkin sengaja abai dari memetakan rencana-rencana hidup ke depannya itu bagaimana. Kuliah nggak, kerja pun ogah. Waduh!

Nah, bagi kamu yang masih bingung mau ngapain setelah lulus nanti, ada satu hal yang perlu kamu renungkan. Apa itu? Cobalah kamu keluar rumah. Lihatlah sekitar. Carilah kaleng-kaleng bekas, batok kelapa, selokan-selokan mampet, dan lain sebagainya yang mana di dalamnya terdapat air yang menggenang alias ‘enggan’ mengalir. Amatilah dan renungkanlah baik-baik.

Sobat gaulislam, kita semua pasti sepakat, bahwa air yang terlalu lama menggenang, lama tidak mengalir, pastilah menjadi tempat yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Kita ambil contoh selokan yang mampet misalnya. Pastilah ia menjadi tempat ideal bagi nyamuk-nyamuk pembawa penyakit untuk berkembang biak di sana. Pastilah ia akan mengeluarkan bau tak sedap yang membuat mual dan pusing mereka yang mendekatinya. Bakteri-bakteri merugikan juga pastilah senang berada di sana.

Maka seperti itu jugalah hidup jika dibiarkan berhenti mengalir. Hidupmu itu akan ‘penyakitan’ jika dibiarkan berhenti begitu saja. Jangan biarkan hari-hari setelah lulus nanti kamu isi dengan hanya makan – tidur – nongkrong – makan – tidur – nongkrong, menghabiskan waktu hanya dengan kegiatan tak berarti. Jangan! Karena itu sama saja kamu membuat hidupmu – dalam tanda kutip – berhenti mengalir. Hidupmu akan penyakitan, Sobat. Kamu akan ringan saja; main game melulu, ngegosip melulu, main gaple melulu, nonton sinetron melulu, dan banyak lagi ‘melulu-melulu’ lainnya.

Maka hidup harus terus bergerak maju, apa pun yang terjadi. Jika tidak, maka sebenarnya, tinggal menunggu waktu untuk patah dan jatuh. Cobalah perhatikan ketika kita naik sepeda. Tak ada pilihan lain supaya tidak jatuh selain terus mengayuh, bukan? Membuat sepeda itu terus bergerak maju. Maka sekali kaki enggan mengayuh dan sepeda berhenti, maka sebenarnya, di sanalah akhir dari cerita naik sepeda itu sendiri.

Maka jangan ragu untuk membuat hidupmu terus mengalir. Rencanakan segera apa saja yang akan kamu lakukan setelah lulus sekolah nanti. Jangan sampai bingung mau ngapain. Segera tentukan, kuliah atau bekerja. Tentukan segera target, kelak kamu ingin menjadi apa. Maka ketika tujuan sudah ada dan target hidup sudah dipancangkan, maka insya Allah, jalan hidupmu akan mengalir teratur. Hidupmu akan senentiasa terarah untuk mengejar segenap target yang telah ditetapkan. Jauh dari kesia-siaan.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Mungkin ada di antara kamu yang mengalami kondisi seperti ini: nggak kuliah karena tak punya biaya, terus nyari kerja juga susah karena lamaran ditolak melulu. Bagaimana dong?

Maka saya katakan di sini, jangan pernah berhenti berusaha hanya karena hal ini. Jika surat lamaran kerjamu ditolak lagi dan lagi, maka kamu harus berprinsip, buat serta kirim, lagi dan lagi. Ditolak lagi, cari lowongan lagi, kirim lagi. Begitu seterusnya. Jangan pernah jadikan halang rintangan ini sebagai pembenaran untuk berhenti berusaha. Kesulitan ada untuk dihadapi. Bukan untuk ditakuti dan dihindari. Lihatlah, bahkan Allah Ta’ala menjanjikan bahwasanya akan selalu ada kemudahan di balik sebuah kesulitan.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”(QS al-Insyirah [94]: 6)

Juga jangan lupa untuk mengiringi setiap usaha dengan doa. Karena setiap persoalan yang ada di hadapan kita, sejatinya semuanya berada dalam genggaman Allah Ta’ala. Mudah saja bagi Allah untuk mengubah setiap jalan cerita. Membentangkan jalan kemudahan di tengah kesulitan. Oleh karenanya, hendaknya setiap harapan itu seharusnya senantiasa bertumpu pada-Nya melalui doa-doa yang dipanjatkan.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat yang sama, yang artinya: “dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS al-Insyirah [94]: 8)

Itu sebabnya, selain mencari pekerjaan dan membuat surat lamaran kerja, sebenarnya ada banyak hal-hal lain yang bisa dilakukan untuk membuat hidupmu terus mengalir. Misalnya, menambah dan mengasah keterampilan yang kamu miliki dengan mengikuti kursus-kursus. Entah itu kursus komputer, menjahit, macam-macam. Atau jika kamu punya saudara atau kenalan yang berkecimpung dalam dunia wirausaha, kamu bisa mencoba untuk ikut di dalamnya. Sekalian belajar dan menimba pengalaman di sana. Percayalah, semuanya ini tak akan pernah sia-sia.

Oya, mungkin juga kamu bisa menjajal sejauh mana kreativitas yang terpendam dalam dirimu dengan mencoba membuat usaha baru. Tidak harus dengan usaha yang membutuhkan modal besar. Membuat kerajinan dari barang-barang bekas misalnya. Siapa tahu itu semua bisa mengantarkanmu menjadi seorang pengusaha baru yang tidak hanya menopang kehidupanmu sendiri, tapi juga bisa mencukupi nafkah orang lain yang bekerja padamu.

Perjalanan belum berakhir

Sobat gaulislam, tak dapat dipungkiri bahwa lulus UN adalah salah satu bentuk kesuksesan hidup di dunia. Kita tentulah bergembira atas itu. Bangga atas keberhasilan yang telah diraih. Namun tahukah kalian, ada lagi sebenarnya jenis kesuksesan yang jauh lebih membahagiakan daripada hanya sekedar kesuksesan dunia. Mau tahu?
Jawabannya adalah kesuksesan hidup di akhirat. Seindah apa pun kesuksesan hidup di dunia berhasil kita raih, ketahuilah, itu semua tak akan bertahan lama. Paling banter ia akan bertahan sepanjang jatah umur manusia. Begitu umur manusia berakhir, maka berakhirlah segenap kesuksesan hidup di dunia itu.

Namun, lain halnya dengan kesuksesan hidup di akhirat. Sekali kamu bisa meraihnya, maka kamu akan terus menikmatinya, selamanya. Sebuah kesuksesan yang kekal abadi. Ketika kamu sudah berhasil menjejakkan kaki di surga, maka kamu akan terus merasakan kenikmatan yang ada di dalamnya, selamanya. Tak ada lagi batasan usia, batasan umur.

Perlu kamu ketahui, bahwa kesuksesan hidup di akhirat, tidak akan kamu dapatkan kecuali dengan mempelajari dan mentaati ajaran Islam. Itu sebabnya, penting bagi kamu ketika nanti sudah lulus sekolah, kuliah atau kerja, atau sedang dalam proses mencari kerja, atau apa pun yang kamu lakukan, untuk senantiasa ngaji alias belajar dan memperdalam Islam, mentaati apa yang telah kamu pelajari tentang Islam, syukur-syukur bisa ikut mendakwahkan pengetahuan keislaman yang kamu dapatkan dalam lingkungan di mana kamu tinggal (termasuk di kampus dan tempat kerja)
So, apalah artinya kesuksesan dunia jika harus mengorbankan kesuksesan akhirat. Apalah artinya jika ketika nanti kamu lulus sekolah, berhasil mendapatkan pekerjaan, namun pekerjaan yang kamu dapatkan adalah pekerjaan yang dimurkai oleh Allah Ta’ala. Bekerja dalam institusi ribawi misalnya. Untuk apa? Jika kesuksesan dunia itu hanya akan mengantarkanmu ke dalam api neraka.

Yuk, jangan terlalu khawatir dengan persoalan rezeki. Karena sebenarnya yang terpenting adalah melaksanakan kewajiban yang telah ditetapkan Allah kepada kita serta menjauhi segala apa yang dilarangNya.

Maka setelah setelah pengumuman hasil UN nanti, siapkah kamu untuk kembali ‘bertarung’ dalam ronde kehidupan selanjutnya? Mengejar dua jenis kesuksesan ini dengan segenap kemampuan yang ada? Saya yakin, kamu (seharusnya) pasti siap. Kalo belum siap harus disiapkan dengan bekal iman, takwa, ikhlas, ilmu dan kerja keras. Semangat! [Farid Ab | abfarid.blogspot.com]

Al-Aqsha bagiku,bagimu,bagi mereka


 gaulislam 

Sobat gaulislam, kalian tahu nggak tentang Masjid al-Aqsha? Ka’bah? Tentang Masjid Nabawi? Masjid al-Haram dan Masjid Quba? Kalau jawabannya nggak tahu alias nggak ngeh, wah, itu kebangetan. Kamu kudu baca gaulislam edisi ini ampe tuntas ya. Sebab buletin kesayanganmu kali inibikin ulasannya panjang lebar. Kalau ternyata ada yang jawab tahu, paham keutamaannya bahkan tahu kondisinya saat ini, Alhamdulillah banget. Tapi kamu kudu tetep baca buletin ini, ya. Supaya ghirah (baca: semangat) kamu, makin berkobar en jiwamu makin terbakar. Allahu Akbar!
Bro en Sis Rahimakumullah, kalau ada di antara teman-teman kamu yang nggak ngerti keutamaan tempat-tempat tadi, itu emang wajar. Dengan kondisi masyarakat sekarang yang serba hedonis, ngukur segala sesuatunya dari materi, nggak heran manusia-manusianya termasuk remaja, tumbuh jadi orang yang egois en individualis. Masyarakat, termasuk remaja sibuk dengan urusannya sendiri. Boro-boro peduli dengan tempat-tempat yang disebutin di awal tadi, apalagi mikirin nasib kaum muslimin di luar sana. Untuk memikirkan nasib saudara muslim yang tinggal di sekitar mereka aja, mereka emoh. Semoga gaulislam-cholictidak termasuk yang demikian. Saya yakin, pembaca gaulislam adalah orang-orang yang peduli en cerdas. Kok tahu? Ya iyalah, bukannya gaulislam itu bacaan pas buat remaja cerdas. Hehehe…*narsis dikit Bro en Sis.
Balik lagi ke pembahasan tentang Masjid al-Aqsha, Ka’bah, Masjid Nabawi, dan Masjid Quba. Semua tempat tersebut adalah tempat-tempat suci bagi umat Islam. Seluruhnya memiliki peristiwa bersejarah yang sangat berpengaruh bagi umat Islam. Tapi meski semua sama pentingnya, untuk kali ini kita bahas Masjid al-Aqsha dulu aja ya. Kenapa? Penasaran? Nah, baca aja terus ampe tuntas tas. Berangkat, wusss…

Al-Aqsha oh al-Aqsha
Masjid al-Aqsha yang berada di Kota Palestina, merupakan salah satu tempat kebanggaan umat muslim di seluruh dunia. Kenapa? Sebab, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah singgah ke tempat ini saat perjalanan Isra dan Mi’raj untuk menerima perintah shalat lima waktu. Sebelum melaksanakan Mi’raj (naik ke langit), Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat sunnah dulu di Masjid al-Aqsha. Kira-kira kenapa ya, Rasulullah melaksanakan Mi’raj dari Masjid al-Aqsha? Kenapa nggak di Masjid al-Haram? Karena saat itu kondisi Masjid al-Haram yang merupakan tempat keberangkatan Isra dan Mi’raj belum berupa bangunan Masjid. Gimana mo dibangun Masjid? lha wong saat itu kondisi al-Haram masih ada berhala-berhala yang jumlahnya bejibun sampai 309 buah en selalu disembah oleh orang Arab. Dengan kondisi kayak gini, nggak mungkin Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bisa menunaikan ibadah shalat di tempat tersebut.
Selain itu  Masjid Al-Aqsha juga pernah menjadi kiblat pertama umat Islam sebelum akhirnya datang perintah Allah kepada Rasullah untuk menghadap kiblat ke Baitullah (Ka’bah) di Makkah. Dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 142, Allah Ta’ala menjelaskan kenapa perpindahan itu dilakukan sewaktu Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah, sekitar 16-17 bulan setelah hijrah itu. Perpindahan ini dimaksudkan, supaya ibadah shalat itu bukan dipahami masalah menghadapnya ke Masjid al-Haram atau al-Aqsha, melainkan menghadapkan diri pada Allah. Nah, Ka’bah inilah yang dijadiin sebagai sarana untuk pemersatu umat Islam di seluruh dunia dalam menentukan arah kiblat.
Selain itu, kalau Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam saat itu melaksanakan shalat dengan menghadap ke Masjid al-Haram, maka hal itu akan menjadi kebanggaan bagi kaum kafir Quraisy bahwa Rasulullah seolah mengakui berhala-berhala mereka sebagai tuhan. Inilah salah satu hikmah diperintahkannya shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis (al-Aqsha).
Terakhir, Palestina termasuk al-Aqsha adalah tanah yang diwakafkan Umar Bin Khatab kepada Umat Islam. Allah juga telah menjanjikan keberkahan Masjid al-Aqsha dan sekelilingnya seperti yang dijelasin dalam QS al-Isra ayat 1 yang artinya, “Mahasuci (Allah), Dzat yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Al-Aqsha, nasibmu kini
Setelah Israel diakui ama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai negara tahun 1947, Israel hadir sebagai pelanggar HAM nomor satu bagi bangsa Palestina. Dengan bantuan Inggris dan Amerika, Israel mulai menguasai bangsa itu. Dari waktu ke waktu, wilayah Palestina semakin mengecil. Parahnya, negeri-negeri Arab dan negeri muslim lainnya malah tunduk ama negara Israel.
Sekarang nasib al-Aqsha benar-benar miris. Dalam beberapa tahun terakhir ini, pemerintah Israel, berkordinasi dengan grup pengembang kuat, mulai mengeduk jaringan terowongan pelebaran secara terus-menerus di bawah tanah di belakang Masjid al-Aqsha yang bikin konstruksi masjid ini rusak dan sulit diperbaiki.
Meski Israel ngakunya terowongan itu buat “proyek turis” yang nggak mengancam konstruksi bangunan suci Islam tersebut, toh kenyataannya udah terdapat lubang sedalam satu meter yang dari waktu ke waktu makin tambah besar en dalam. Nggak butuh jasa arsitek hebat untuk memahami itu. Warga Palestina udah jelas-jelas melihat lubang-lubang dan retak-retak di seluruh area tersebut. Sampai-sampai sebuah sekolah di dekat kawasan itu sebagian melesak ke tanah akibat kegiatan itu. Tentunya Israel berharap kondisi itu juga terjadi pada Masjid al-Aqsha.
Parahnya, baru-baru ini Israel bikin ulah baru lagi. Mereka menerapkan larangan buat warga Palestina untuk masuk ke Masjid al-Aqsha dan sholat di sana. Pasukan Israel dalam jumlah besar berkumpul di sekitar Masjid en bikin ricuh suasana. Akibatnya ratusaan warga Palestina, baik laki-laki en perempuan pada sholat subuh di gerbang al-Aqsha.
Bro en Sis rahimakumullah, coba deh bayangin, gimana rasanya saat keluarga, bapak, tetangga dan kamu sendiri, mau sholat di masjid yang itu ada di lingkunganmu sendiri, tapi kamu dan mereka dilarang en diancam mati jika memaksa. Tentu ini tindakan yang luar biasa kejam bin sadis dan jelas arogan.
Islam itu peduli
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan hubungan manusia dengan manusia lainnya. Inidividu dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat. Nggak ada satu pun agama atau ideologi lain yang memiliki aturan kayak gini, apalagi bisa menandinginya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga udah ngejelasin hubungan individu dengan masyarakat ini melalui sabdanya, yang artinya “Perumpamaan orang-orang muslim dalam hal kasih sayang dan tolong menolong yang terjalin antar mereka adalah laksana satu tubuh. Jika satu bagian merasakan sakit maka seluruh bagian tubuh akan bereaksi, dengan tidak tidur dan demam.” (HR Muslim)
Nah, sobat gaulislam, jadi kaum muslim antara yang satu dengan yang lain itu kudu, musti, wajib saling bertanggung jawab. Kebayang kan gimana satu tubuh itu? Masa’ gigi lagi sakit, tangan kita joget-joget. Masa’ lutut kita berdarah mulut kita nyanyi-nyanyi. Masa’ saudara kita di Palestina sibuk berjuang di sini kaum musliminnya sibuk mikirin diri sendiri dan hura-hura. Masa’ saudara kita di Afrika Tengah, Suriah, Rohingya menderita di sini kita tertawa dan berleha-leha.
Miris banget kan, Sob? Ayo, berhenti mikirin diri sendiri. Di bumi ini nggak ada tempat bagi orang yang egois. Nggak ada wilayah bagi orang individualis. Ingat, bumi ini milik Allah. Kita ini cuma numpang. Namanya numpang kudu tahu diri kan? Harus nurut ama pemilik-Nya. Seperti sabda Rasulullah yang artinya, “Siapa saja yang bangun pagi dan hanya memperhatikan masalah dunianya maka orang tersebut tidak berguna sedikit pun di sisi Allah. Siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslim maka ia tidak termasuk golongan mereka.” (HR ath-Thabrani dari Abu Dzar al-Ghifari)
Sungguh nggak cukup dengan ngelus dada atau ngeluarin air mata, menyaksikan realitas di depan mata. Sebab, gimana mungkin seseorang bisa tegak berdiri di hadapan Allah jika ditanya tentang sikap diamnya saat hukum-hukum Allah dicampakkan, ketika tempat suci-Nya diinjak-injak, saat kaum muslimin dihinakan, ketika Islam terasing di sudut-sudut sempit kehidupan sebatas etika dan moral.
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Islam mengajarkan kepada kita untuk peduli. Salah satu bentuk kepedulian adalah kita berusaha untuk memikirkan saudara kita di belahan bumi lain. Lalu, bagaimana agar bisa membantu alias tak sekadar memikirkan saja? Hmm.. segera nyadar sobat lalu belajar. Setelah itu, tentu kita jadi tahu mana yang salah dan mana yang benar. Kalo udah tahu ilmunya, maka kita punya kewajiban untuk mendakwahkannya kepada yang lain, agar banyak orang yang juga sadar.
Itu sebabnya, kaum muslimin butuh orang-orang termasuk remaja yang mau dan mampu membawa kembali kemuliaan dan ketinggiannya dengan jalan pemikiran yang islami. Umat butuh orang dan remaja yang punya rasa tanggung jawab ama diri, keluarga, dan umatnya. Karena kunci kebangkitan adalah dengan meningkatkan taraf berpikir yang dilandasi ideologi Islam yang shahih tanpa diracuni ideologi lain. Kalo itu terus dilakukan, bukan mustahil kamu, saya dan umat seluruhnya akan sama-sama berjuang dan kelak akan bersatu dalam sebuah negara Khilafah Islamiyah. In syaa Allah. [wita dahlia | wita_dahlia@yahoo.com]

ayo berani tinggalkan maksiat

 gaulislam 

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Alhamdulillah bisa ketemuan lagi melalui jembatan komunikasi kita bernama buletin. Pada edisi ke-341 ini, sengaja membahas tentang betapa beratnya manusia untuk meninggalkan maksiat. Semoga ini bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua.
Ada satu pepatah menarik yang pernah saya dapatkan ketika mengisi salah satu acara bedah buku. Pengisi acara yang lain menyampaikan sebuah kata-kata mutiara: “Orang yang terbiasa berada dalam kegelapan, cahaya terang sangat menyilaukan”. Saya catat dalam ingatan saya. Saya tulis agar tak lupa. Pesan ini sangat bermakna bagi saya. Betapa dulu yang pernah saya rasakan, memang berat meninggalkan kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan. Anggapan yang sudah bercokol di benak harus dipaksa berubah bukanlah hal yang mudah. Saya berempati dengan teman-teman yang masih belum mau meninggalkan kebiasaan yang buruk untuk berganti dengan kebiasaan yang baik. Memang tak mudah, tapi bukan berarti tak bisa diubah.
Oya, sebenarnya “kebiasaan” itu netral lho. Karakter “kebiasaan” itu sulit dimulai, dan sulit juga dihentikan. Beruntung bagi yang sudah melakukan “kebiasaan” baik, akan sulit baginya dipaksa untuk melakukan “kebiasaan” buruk. Tapi perlu kesadaran penuh bagi yang sering melakukan kebiasaan buruk, untuk dipaksa melakukan kebiasaan baik. Ia perlu banyak merenung dan menimbang-nimbang pikir dan rasa.
Sobat gaulislam, orang yang selalu berbuat maksiat belum tentu maksiat selamanya. Asalkan dia ingin berubah menjadi baik, dan selama ada niat dan usaha untuk mewujudkannya, insya Allah ada jalan. Ada kisah menarik yang perlu menjadi inspirasi bagi kita. Kamu tahu Syaikh Fudail bin Iyadh? Bagi yang pernah tahu, beliau adalah salah satu guru Imam asy-Syafii. Tahukah masa lalunya?
Nah, inilah kisahnya: Fudhail bin Iyadh, semasa masih jahat, bermaksud mengganggu seorang wanita jelita. Ketika sedang memanjat tembok rumah wanita itu, tiba-tiba terdengar olehnya dari jendela rumah alunan merdu bacaan al-Quran yang artinya: “Belumlah datang waktunya bagi orang-orang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kebenaran yang telah turun (kepada mereka).” (QS al-Hadiid [57]: 16)
Ayat tersebut menyentak sanubari Fudhail bin Iyadh, membuatnya terdiam di atas tembok. Tiba-tiba Bin Iyadh merasa persendiannya lumpuh. Lalu dengan tubuh gemetar dia mengiba, “Oh Tuhan, telah tiba waktuku. Telah tiba waktuku.” Dia pun turun dari tembok dan berjalan pulang dengan hati bertaubat setulus-tulusnya.
Karena kemalaman di jalan, Bin Iyadh istirahat di sebuah rumah kosong yang ditemuinya. Namun ternyata, di dalam rumah tua itu ada serombongan musafir yang tampaknya juga sedang beristirahat.
“Ayo kita berangkat sekarang saja,” dari luar bilik Fudhail mendengar seorang dari mereka berkata demikian.
Yang lain menjawab, “Jangan, lebih baik tunggu sampai pagi. Sebab, pada malam-malam seperti inilah biasanya si Fudhail menjalankan aksinya.”
Mendengar percakapan mereka itu, Fudhail menampakkan dirinya sambil berkata, “Akulah Fudhail. Tapi jangan takut, sekarang aku telah bertaubat dan tidak akan menyamun lagi.” (Islamia, April-Juni 2005)

Inspirasi untuk tinggalkan maksiat
Sobat gaulislam, banyak teladan di masa lalu yang bertaubat dari maksiat yang dilakukannya. Tak sedikit sahabat Nabi Muhammad saw. yang awalnya adalah musuhnya dan musuh Islam. Tahu kan Umar bin Khaththab ra? Semasa jahiliyahnya, yakni ketika belum jadi muslim, Umar bin Khaththab adalah halangan bagi dakwah Islam. Selain beliau, yang jadi halangan dakwah saat itu adalah Umar bin Hisyam alias Abu Jahal. Sampai-sampai Rasulullah saw. berdoa memohon kepada Allah agar Islam bisa kokoh dengan salah satu dari dua orang bernama Umar ini. Diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzii dari Abdullah bin ‘Umar ra, dan ath-Thabranii dari Abdullah bin Mas’uud ra dan Anas bin Malik ra, bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda dalam doanya, “Allahummaa, kokohkanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang paling Engkau cintai, dengan Umar bin al-Khaththab atau dengan Abu Jahal (Umar bin Hisyam).”
Mau tahu kisahnya? Begini riwayat singkatnya:
Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, Anas bin Malik ra dan Abdullah bin Abbaas ra, bahwasanya di tengah perjalanan mencari mereka, Umar bertemu dengan Nu’aim bin Abdullah an-Nahlam al-Adwii, atau seorang laki-laki dari Bani Zuhrah, atau seorang laki-laki dari Bani Makhzum, yang bertanya kepadanya, “Hendak kemana engkau wahai Umar?” Lantas dijawab oleh Umar dengan geramnya, “Aku mencari Muhammad yang telah memecah belah persatuan kita, mengacau ketentraman Quraisy, dan mencela agama nenek-moyang. Aku ingin membunuhnya!”
Orang tadi lalu bekata kepada Umar, “Demi Allah, kau sangat sombong wahai Umar. Apakah kiranya Bani Abdi-Manaf akan membiarkan kau berjalan di atas bumi setelah kau berhasil membunuh Muhammad? Apa yang bisa menjamin keamanan dirimu dari pembalasan Bani Hasyim dan Bani Zuhrah jika engkau membunuh Muhammad?”
Umar kemudian menjawab, “Menurut pengamatanku, rupanya engkau telah keluar dan meninggalkan agama yang telah engkau peluk selama ini.”
Orang itu lantas menjawab, “Bagaimana jika kutunjukkan sesuatu yang membuatmu lebih tercengang wahai Umar? Sesungguhnya saudarimu dan iparmu juga telah keluar dari agama serta meninggalkan agama yang selama ini engkau peluk. Adikmu Fathimah dan suaminya telah menjadi pengikut Muhammad. Lebih adil engkau habisi mereka terlebih dahulu!”
Mendengar kabar itu, maka dengan terburu-buru Umar berlalu dan begegas menuju rumah Fathimah binti al-Khaththab, adik perempuannya. Di rumah Fathimah saat itu ada suaminya yaitu Sa’id bin Zaid bin Nufail dan kawan mereka yaitu Khabbaab bin al-Arat ra. Mereka sedang mendengarkan ayat al-Quran yang dibacakan oleh Khabbab yaitu dari surah Thaahaa (surat ke 20 dalam al-Quran). Ketika Khabbab mendengar suara kedatangan Umar, dia segera menyingkir ke bagian belakang ruangan, sedangkan Fathimah menyembunyikan Shahifah (lembaran) berisi ayat al-Quran. Namun tatkala mendekati rumah adiknya tadi, Umar sempat mendengar bacaan Khabbab di hadapan adik dan iparnya.
“Apa suara bisik-bisik yang sempat kudengar dari kalian tadi?” tanya Umar ketika sudah masuk rumah. “Hanya sekadar obrolan di antara kami, “ jawab Fathimah dan suaminya. “Kupikir kalian berdua sudah keluar dari agama,” kata Umar lagi. Kemudian Sa’id bin Zaid bin Nufail yang merupakan adik ipar Umar itu berkata, “Wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran ada dalam agama selain agamamu?”
Seketika Umar melompat ke arah adik iparnya dan memukul mukanya hingga jatuh tak berkutik lantas menginjaknya keras-keras. Fathimah kemudian mendekat untuk menolong suaminya dan mengangkat badannya. Namun Umar memukul Fathimah hingga bibirnya luka dan bercucuran darah.
Demi melihat keadaan adiknya, Umar akhirnya sadar dan timbul rasa iba dalam hatinya. Sementara Fathimah dengan berang berkata kepadanya, “Wahai Umar, benar kami telah memeluk Islam, beriman kepada Allah dan RasulNya. Sekarang kau boleh berbuat apa saja terhadap kami.” Kemudian Fathimah berkata lagi, “Wahai Umar, jika memang kebenaran itu ada dalam selain agamamu, maka bersaksilah bahwa tiada Ilaah selain Allah dan bersaksilah bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.”
Umar mulai merasa putus asa, dan dia melihat darah yang meleleh dari wajah adiknya. Maka Umar merasa menyesal dan malu atas perbuatannya. Lalu ia berkata, “Serahkan lembar-lembar yang kalian baca itu kepadaku. Aku ingin membaca apa yang telah diajarkan Muhammad!” Tetapi Fathimah menjawab, “Engkau adalah orang yang najis. Shahifah ini tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang suci. Bangun dan mandilah jika mau!” Maka Umar segera mandi dan setelah itu memegang Shahifah tadi dan mulai membaca isinya yaitu surat Thaahaa dari awal dengan membaca, “Bismillaahir rahmaanir rahiim.” Lalu Umar berkata, “Nama-nama yang bagus dan suci.” Kemudian ia melanjutkan pembacaan dari ayat satu hingga berhenti pada firman Allah di ayat 14: Innanii anallaahu laa ilaaha illaa ana fa’ budni wa aqimish shalaata li dzikrii. Diterjemahkan, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu.”
Setelah membaca ayat tersebut, sanubarinya tersentuh dan Umar serta merta sadar bahwa yang telah dibacanya belum pernah terdengar olehnya. Maka tiba-tiba secara drastis suara dan sikapnya berubah. Umar lantas berkata, “Alangkah indah dan mulianya kata-kata ini! Tunjukkan padaku di mana Muhammad berada saat ini!”
Mendengar perkataan Umar barusan, maka Khabbaab bin al-Arat muncul dari belakang ruangan dan berkata, “Terimalah kabar gembira wahai Umar. Karena aku benar-benar berharap agar doa Rasulullah saw. pada malam Kamis itu jatuh kepada dirimu. Segeralah engkau menghadap beliau, wahai Umar!”
Singkat cerita, Umar bin Khaththab masuk Islam langsung di hadapan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu, sesampainya Umar di kamar dan bertemu dengan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, ia disambut oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan cara memegang baju dan pegangan pedangnya, lalu menariknya dengan tarikan yang keras seraya bersabda, “Apakah engkau tidak mau menghentikan tindakanmu wahai Umar, hingga Allah menurunkan kehinaan dan bencana seperti yang menimpa al-Walid bin al-Mughirah? Ya Allah. Inilah Umar bin al-Khaththab. Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin al-Khaththab.”
Umar kemudian menjawab, “Ya Rasulullah, aku datang untuk menyatakan iman kepada Allah dan kepada RasulNya serta apa-apa yang datang dari Allah.” Umar berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada Ilaah selain Allah dan sesungguhnya engkau adalah Rasul Allah.”
Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu adalah seseorang yang memiliki watak tempramental dan sulit dihalang-halangi, sehingga dengan dirinya masuk ke dalam Islam sangat mengguncangkan orang-orang musyrik dan menorehkan kehinaan bagi mereka. Sebaliknya, hal ini mendatangkan kehormatan, kekuatan dan kegembiraan bagi orang-orang muslim.

Kita juga bisa berubah
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Subhanallah. Tak ada yang mustahil. Siapa pun bisa menjadi baik. Ahli maksiat sekalipun bisa berubah jadi baik, bahkan jadi ulama. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa juga menyaksikan satu per satu kawan kita menjadi baik. Teman sepermainan kita yang lama tak jumpa, ketika bertemu sudah berubah penampilannya dan juga sikapnya. Berubah pula akhlaknya. Dia menemukan kebenaran Islam di tempat lain. Bukan mustahil bukan?
Kita yang kini termasuk para pengemban dakwah, bisa jadi bukanlah orang yang baik-baik di masa lalu. Bisa jadi malah penghalang dakwah. Seorang kawan pernah bercerita, bahwa ketika dirinya sekolah di SMA, kepala sekolahnya sangat tidak setuju dengan siswi yang mengenakan kerudung dan jilbab. Bahkan sempat bersitegang mempertahankan pendapatnya bahwa dirinya memimpin sekolah umum, bukan pesantren. Namun ketika dirinya dipindahkan tugas ke sekolah lain beberapa tahun setelah peristiwa tersebut, ternyata ada kabar baik, bahwa kini dirinya sudah mengenakan kerudung. Sudah berbusana muslimah, dan malah baik kepada siswi yang mengenakan kerudung dan jilbab.
Ya, ini menunjukkan bahwa tak selamanya manusia itu berada dalam maksiat. Tak selamanya terus berbuat dosa. Pasti ada saatnya untuk berbuat baik. Asalkan ada kemauan untuk mengubah. Memang cukup berat meninggalkan maksiat, tapi bukan berarti harus menyerah, apalagi “kepalang basah”. Tidak. Kesadaran untuk berubah jauh lebih baik dan bisa mengalahkan hawa nafsu untuk maksiat. Insya Allah. Percayalah! Ayo, segera berubah, Sobat! [solihin | Twitter@osolihin]

kejahatan seksual di sekolah



 
Kamu pastinya udah pada denger kan kasus pelecehan dan sekaligus kejahatan seksual di Jakarta International School? Ya, sebagaimana udah diberitakan oleh berbagai media massa, baik daerah maupun nasional, bahwa di sekolah mahal tersebut terjadi kejahatan seksual kepada beberapa orang muridnya yang masih TK oleh oknum karyawannya. Waduh, serem juga ya. Kejahatan seksualnya itu berupa sodomi yang dilakukan para pengidap fedofilia. Apa tuh? Waduh, kamu belum ngeh? Fedofilia itu memiliki pengertian sebagai suatu gangguan psikoseksual dimana orang dewasa memperoleh kepuasan seksual bersama seorang anak pra remaja.Ngeri!

Sobat gaulislam, di edisi ini saya tak bermaksud ngupas tuntas beritanya dan seabrek pernik yang menyertainya seperti pihak berwenang yang terkesan tak juga bergerak secara maksimal untuk menuntaskan masalah ini. Saya, di buletin gaulislam edisi ini, sekadar akan menuliskan bahwa ancaman dan perbuatan pelecehan (termasuk kejahatan) seksual seperti ini adalah produk dari peradaban rusak bernama kapitalisme-sekularisme dengan sistem politiknya yang dielu-elukan mereka, yakni demokrasi. Inilah biang kerusakan umat manusia. Sebab, masalah kejahatan seksual adalah sebagian kecil saja dari kerusakan di segala lini kehidupan yang diakibatkan sistem rusak pembawa bencana bagi peradaban manusia tersebut.

Ketika sekolah tak aman lagi

Normalnya sih, sekolah adalah tempat yang aman untuk belajar ilmu pengetahuan dan bersosialisasi. Sekolah seharusnya nyaman dan aman sebagai sebuah lembaga pendidikan. Tidak ada kejahatan di dalamnya. Itu harapan dan memang idealnya seperti itu. Namun dalam kondisi seperti saat ini, ketika Islam tak diterapkan sebagai aturan dalam masyarakat dan juga negara, denyut kehidupan di sekolah pun tak jauh beda dengan kondisi di masyarakat secara umum. Termasuk sekolah-sekolah berbasis pendidikan Islam juga ada yang tak karuan kondisi pergaulan dan pengajarannya.

Kamu bisa melihat dan mungkin merasakan sendiri gimana faktanya. Silakan dilihat deh, berapa banyak siswa (dan termasuk gurunya) yang berperilaku abnormal? Kamu pernah dengar kan kasus pacaran di sekolah? Rasa-rasanya itu yang paling banyak terjadi. Selain itu, akibat pergaulan bebas berikutnya adalah seks bebas. Bahaya besar tuh. Belum lagi tawuran, narkoba, maraknya perilaku jadi waria, homoseksual seperti gay dan lesbian, dan termasuk yang sedang kita bahas kali ini, perilaku seks menyimpang semacam fedofilia. Waduh!

Sekolah memang tak bisa dipisahkan dari sistem yang menaunginya. Sekolah, sama seperti umumnya masyarakat, adalah bagian dari sistem bernama negara. Sehingga, kalo sistem di hulunya rusak, maka semua yang ke hilir besar kemungkinan akan rusak pula. Kalo di sekolah ada siswa yang doyan pacaran, itu karena masyarakat secara umum memandang hal itu lumrah. 

Negara juga tak begitu mempersoalkan. Jangankan pacaran, yang sudah jelas berzina saja tak akan diperkarakan jika itu dilakukan suka sama suka. Itu sebabnya, tumbuh subur lokalisasi pelacuran atau transaksi seks di jalanan. Inilah potret buram kehidupan kapitalisme-sekularisme yang membiarkan liberalisme tumbuh dan berkembang dengan baik. Musibah deh!

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Saat ini rasa-rasanya pantas jika sekolah bukan lagi tempat yang nyaman dan aman untuk mencari ilmu pengetahuan dan bersosialisasi dengan benar dan baik. Memang, tidak semua sekolah seperti itu, tetapi ini adalah ketika kita bicara secara umum. Secara umum artinya melihat jumlah. Jumlah yang banyak bukan berarti semua, tetapi sebagian besar. Jadi, in sya Allah memang masih ada sekolah atau lembaga pendidikan yang benar dan baik meski tumbuh di lingkungan masyarakat yang sekular karena sistem yang diterapkan negara juga sekular. 

Hmm.. gawat juga ya kalo lebih banyak yang rusaknya.
Apakah kamu nggak ngeri bin serem kalo di sekolah udah nggak aman lagi? Ya, nggak aman lagi tersebab kejadian yang sedang kita bahas ini, yakni kejahatan seksual di sekolah. Duh, maksud hati menyekolahkan anak supaya tambah pinter dan berbudi luhur, tetapi apa daya ternyata yang didapat dari sekolah adalah ketidaknyamanan atas perilaku kejahatan seksual dan pergaulan yang ngawur. Kasihan.


Liberalisme merendahkan manusia

Liberal itu artinya bebas. Jika menjadi paham namanya liberalisme. Ingin melepaskan dari keterikatan ajaran agama. Kepuasan dan kesenangan menurut ukuran hawa nafsunya adalah makna bagi kebahagiaan yang diburunya. Mereka meyakini bahwa kebebasan hanya akan bisa diraih ketika melepaskan ikatan ajaran agama. Agama bagi mereka dianggap penghambat kebebasan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan hawa nafsunya. Minuman keras, meski secara fakta mengakibatkan keburukan, tapi atas nama kepuasan dan kesenangan hawa nafsu, mereka legalkan. Seks bebas (perzinaan), meski secara fakta mengakibatkan kehancuran nasab, tapi atas nama kepuasan dan kesenangan hawa nafsu, mereka legalkan.

Sobat gaulislam, atas nama liberalisme pula, peredaran narkoba kian menggila, karena para pengejar kepuasan dan kesenangan tahu bahwa pasarnya memang ada dan jumlahnya besar. 

Belum lagi urusan selingkuh yang dianggap lebih manusiawi ketimbang poligami. Prinsipnya: “Isi boleh keluar asalkan botol harus kembali”. Ironi. Pacaran dianjurkan. Lho kok dianjurkan? Lihat saja faktanya, dengan iming-iming atas nama cinta. Padahal faktanya, atas nama hawa nafsu untuk memenuhi dahaga hedonisme. Atas nama liberalisme pula, keluarlah pernyataan yang aneh dan nyeleneh: “Bikini adalah modern, jilbab itu kuno”. Ini sering diteriakkan untuk mencemooh muslimah yang taat ajaran agama dalam berbusana. Memang mengherankan sikap para pengusung liberalisme ini karena tak sejalan dengan cara pandang Islam.

Wajar pula ketika negara dan masyarakat menerapkan liberalisme, maka pelacuran ditumbuh-suburkan atas nama kebebasan dan uang. Pernikahan diolok-olok sebagai lembaga pengekang kesenangan nafsu liarnya. Tak mengherankan pula, karena cuma mengejar kesenangan semata, bila kasus kejahatan seksual seperti tak pernah bisa diselesaikan. Bermunculan dalam beragam bentuknya: perkosaan, perzinaan, fedofilia, gay, lesbian dan sejenisnya. Mengerikan memang, hidup di tengah belantara kehidupan yang mengusung liberalisme.

Ayo sobat gaulislam, saatnya kita sadar dan juga memberikan kesadaran kepada umat Islam bahwa solusi atas semua ini adalah kembali kepada Islam. Tinggalkan liberalisme dan segala yang terkait dengannya. Jadikan Islam sebagai the way of life. Liberalisme itu busuk, tak ada yang bisa diambil manfaat darinya kecuali oleh orang-orang yang menginginkan kebinasaan. Islam adalah solusi. Asalkan Islam diterapkan sebagai ideologi (akidah dan syariat). Bukan sekadar ritual belaka.


Islam memberikan kehidupan

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kasus seperti kejahatan seksual oleh para pelaku fedofilia di Jakarta International School (termasuk di manapun) adalah bentuk pelanggaran dan merendahkan kehidupan manusia. Islam, sebagai sebuah ideologi tentu saja memiliki aturan dan sanksi. Apa sanksi bagi pelaku fedofilia?

Sebentar. Saya jelaskan terlebih dahulu bahwa umumnya pelaku fedofilia itu memaksa atau memperdaya anak kecil untuk melampiaskan hasrat seksualnya. Dijumpai juga banyak dilakukan oleh orang dewasa laki-laki terhadap anak laki-laki pra remaja. Jika ada fakta seperti ini, maka pelakunya dikategorikan melakukan liwath (homoseksual). Bahkan dalam kasus di Jakarta International School ini, dua orang dari lima tersangka itu saling ‘melakukan’. Republika Online (26 April 2014) menuliskan bahwa Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Heru Pranoto mengatakan, ada pengungkapan yang cukup menarik mengenai kebiasaan para pelaku., “Kemudian ada yang cukup menarik dan akan kita coba lakukan pemeriksaan dari pelaku ini AW dan ZA ini pernah ‘melakukan’ saling bergantian sendiri sekitar September dan Novemver 2013,” kata dia, Sabtu (26/4). Parah!

Adapun hukum syara’ dalam sanksi liwâth adalah dibunuh. Setiap orang yang terbukti telah melakukan liwâth, keduanya dibunuh sebagai had baginya. Dalil yang demikian itu adalah sunnahdan ijma’ shahabat.Adapun sunnahdari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbâs ra berkata, “Rasulullah saw. bersabda,”Barangsiapa yang kalian dapati sedangkan melakukan perbuatannya kaum Luth, maka bunuhlah keduanya.” Diriwayatkan oleh Imam yang lima kecuali Nasa’iy. Ibnu Thalâ’ di dalam Ahkammengatakan, “Tidak ada ketetapan dari Rasulullah saw. bahwa beliau merajam kasus liwâth, beliau juga tidak menjatuhkan hukuman pada kasus liwâth, namun liwâthditetapkan berdasarkan kenyataan bahwa beliau saw. bersabda, “Bunuhlah kedua pelakunya.” Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbâs dari Abû Hurayrah. Ini adalah dalil dari sunnah bahwa hukum liwâth adalah bunuh.

Para shahâbat berbeda pendapat dalam menetapkan uslub (cara) untuk membunuh pelakuliwâth, akan tetapi mereka sepakat untuk membunuhnya. Baihaqiymengeluarkan hadis dari ‘Alî ra. bahwa beliau ra. merajam pelaku liwâth. Baihaqiy juga mengeluarkan dari Abû Bakar ra. bahwa beliau mengumpulkan para shahâbat untuk membahas kasushomoseksual. Di antara para shahâbat Rasulullah itu yang paling keras pendapatnya adalah ‘Alî bin Abi Thâlib ra.

 Ia mengatakan, ”Liwâth adalah perbuatan dosa yang belum pernah dilakukan oleh umat manusia, kecuali satu umat (yakni umat Luth) sebagaimana yang telah kalian ketahui. Dengan demikian kami punya pendapat bahwa pelaku liwâth harus dibakar dengan api. Diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad dari bapaknya dari ‘Alî bin Abi Thâlib selain dari kisah ini berkata, ”Rajam dan bakarlah dengan api.”

Baihaqiy menyampaikan dari Ibnu ‘Abbâs bahwa beliau ditanya tentang had pelaku liwâth, beliau ra. berkata, ”Jatuhkanlah dari atas bangunan yang paling tinggi di suatu daerah, kemudian hujanilah dengan lemparan batu.” Diriwayatkan dari ‘Alî ra, ”Bahwa beliau membunuh pelaku liwâth dengan pedang, kemudian membakarnya, karena demikian besar dosanya.” ‘Umar dan ‘Utsman berpendapat, ”Pelaku ditimpuki dengan benda-benda keras sampai mati.” Semua ini adalah pendapat yang menunjukkan bahwa had liwâth adalah dibunuh, walau uslub pembunuhannya berbeda-beda. Seandainya pelaku liwâth adalah anak kecil, orang gila, atau dipaksa dengan pemaksaan yang sangat, maka ia tidak dijatuhihad liwâth.

Nah, sobat gaulislam, itulah penjelasan singkat tentang hukuman bagi pelaku homoseksual (termasuk dalam hal ini pelaku fedofilia yang melakukannya dengan cara sodomi) yang saya kutip dari buku Sistem Sanksi dalam Islam (Nidhomul ‘Uqubat) karya Dr Abdurrahman al-Maliki dalam bab tentang had bagi pelaku liwath (homoseksual). Diterbitkan oleh Pustaka Thariqul Izzah. Kebetulan pada edisi terjemahannya saya sempat dilibatkan dalam editing bahasanya untuk buku tersebut.
So, ketika pelaku fedofilia atau jenis kejahatan seksual lainnya seperti perkosaan dan perzinaan dihukum maka akan ada kehidupan bagi yang lainnya. Artinya, dengan hukuman yang berat seperti ini, rasa-rasanya tak akan ada yang nekat melakukan hal serupa karena sudah jelas konsekuensi hukumnya. [solihin | Twitter @osolihin]

meraih syafa'at Al Musthafa

muhammadKaum muslimin yang dirahmati Allah, apabila kita melihat diri kita dengan hati yang jujur, tentulah kita mengetahui betapa buruk dan serba kurangnya diri kita. Betapa mindernya kita melihat amal shalih yang terlampau sedikit, pun dengan kualitas ibadah yang seadanya, kemudian berharap surga yang tertinggi firdaus al a’la. Jika kita melihat betapa hinanya diri kita dan betapa dahsyatnya suasana hari kiamat yang telah Allah dan Rasul-Nya gambarkan, kita akan sadar alangkah butuhnya kita di hari akhir kelak dengan pertolongan Allah, salah satunya berupa syafa’at dari Al Musthafa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun ternyata, meraih syafa’at dari kekasih tercinta pun bukanlah hal yang mudah, ada syarat dan cara untuk meraihnya. Tulisan kali ini akan membahas mengenai syafa’at, khususnya bagaimana agar kita bisa mendapatkannya di hari akhir kelak, insya Allah.
Pengertian Syafa’at
Syafa’at secara etimologi bahasa arab berasal dari kata asy syaf’u, genap, lawan kata darial witr, ganjil. Jika berlaku sebagai kata kerja, maka kata syafa’atmaknanya ialah menggenapkan sesuatu yang ganjil, misalnya menggenapkan yang satu menjadi dua, yang tiga menjadi empat, dan seterusnya. Adapun secara terminologi, syafa’at ialah menjadikan pihak lain sebagai perantara untuk memperoleh kemanfaatan atau menolak bahaya.
Jenis-Jenis Syafa’at
Syafa’at terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
  1. Syafa’at yang ditetapkan Allah Ta’ala dalam kitab-Nya, atau oleh Nabi-Nyashallallahu ‘alaihi wa sallam.
Syafa’at ini terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah syafa’at secara umum, yaitu hak memberi syafa’at yang diberikan Allah secara umum kepada beberapa makhluk-Nya, kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada selain beliau dari para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang shalih.
Jenis kedua ialah syafa’at khusus, hak memberi syafa’at yang khusus Allah berikanuntukNabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syafa’at yang terbesar dari jenis ini ialahsyafa’atul ‘uzhma, yaitu syafa’at yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallamuntuk seluruh penduduk padang mahsyar yang isinya adalah agar Allah Ta’alamenyegerakan hari keputusan.
  1. Syafa’at yang tertolak, tidak memberi manfaat sedikitpun. Inilah anggapan kaum musyrikin tentang berhala dan sesembahan mereka, sebagaimana ucapan mereka tertera dalam Al Qur’an (yang artinya), “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah” (QS. Yunus : 18). Namun karena Allah tidak meridhai kemusyrikan yang mereka perbuat, dan tidak mungkin pula berhala-berhala tersebut dapat memberi syafa’at di sisi Allah, maka Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa’at dari orang-orang yang memberikan syafa’at”(QS. Al Muddatsir : 48)(Majmu’ Fatawa wa Rasail Al‘Utsaimin, 2/45)
Syarat-Syarat Syafa’at
Syafa’at tidaklah diberikan melainkan dengan beberapa syarat, yaitu :
  1. Izin Allah kepada pemberi syafa’atuntuk memberikan syafa’at. Allah Ta’alaberfirman dalam ayat kursi (yang artinya), “Tiada yang dapat memberi syafa´at di sisi Allah kecuali dengan izin-Nya” (QS. Al Baqarah : 255)
  2. Ridha Allah kepada pemberi syafa’at. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan berapa banyak malaikat di langit, syafa´at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai-Nya” (QS. An Najm : 26)
  3. Ridha Allah kepada objek yang diberikan syafa’atAllah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan mereka (para malaikat) tiada dapat memberikan syafa´at melainkan kepada orang yang diridhai Allah” (QS. Al Anbiya : 28)
Oleh karena itu, syafa’at pada hakekatnya milik Allah Ta’ala. Hendaknya kita memohon syafa’at langsung kepada Allah, bukan kepada seorangpun dari makhluk-Nya. Merekahanyapunyahakmemberi, tapitidakmemiliki.Hanya Allah yang memilikisyafa’at.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Sesungguhnya syafa’at sejatinya ialah dari Allah, bagi Allah-lah segala kesempurnaan.Tidak ada seorang pun yang bisa memberi syafa’at kecuali dengan izin dari Allah. Dialah yang memberi izin kepada pemberi syafa’at, dan Dia-lah yang mengabulkan permintaan dari peminta syafa’at”.(dinukil dari Asy Syafa’at, Asbabuhu, wa Aqsamuhu, hal. 3)
Kiat-kiat meraih syafa’at
Berikut ini ialah kiat-kiat agar dapat meraih syafa’at Al Musthafa shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kiat Pertama : Memurnikan Tauhid
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Manusia yang paling berbahagia dengan syafa’atku kelak di hari kiamat ialah yang mengucapkan laa ilaaha illallāh, tiada sesembahan yang berhak untuk disembah dengan benar melainkan Allah, (diucapkan) dengan ikhlas dari hatinya” (HR. Bukharidari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, “(Diantara) sebab mendapatkan syafa’at ialah mentauhidkan Allah dan memurnikan agama dengan segala bentuk dan jenis ibadah kepada-Nya. Maka barangsiapa yang paling besar kadar ikhlasnya (dalam bertauhid –pent), dialah yang paling berhak atas syafa’at” (Majmu’ Al Fatawa, 14/414)
Kiat Kedua : Bershalawat Dan Berdo’a SetelahAdzan
Dari Ibnu Mas’udradhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian mendengar muadzin maka katakanlah yang semisal dengannya, lalu bershalawatlah atasku karena sungguh barangsiapa yang bershalawat atasku dengan satu shalawat, Allah akan bershalawat atasnya 10 shalawat. Dan mintalah kepada Allah untukku al wasilah, karena ia adalah sebuah tempat di surga yang tidak akan diberikan kecuali kepada seorang dari hamba-hamba Allah, dan aku berharap itu ialah aku. Maka barangsiapa memintakan untukku al wasilah, aku halalkan untuknya asy syafa’at” (HR. Muslim)
Dari Jabir ibn ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallambersabda, “Barangsiapa yang berdoa setelah adzan, “Allāhumma rabba hadzihid da’watit taammah, wash shalaatil qaa-imah, aati Muḥammadanil wasiilata wal fadhiilah, wab’atshu maqaamam maḥmuuda, alladzi wa’adtah”-Ya Allah Rabb pemilik panggilan yang sempurna ini, dan shalat yang akan didirikan, berikanlah bagi Muhammad al wasilah dan keutamaan, dan angkatlah ia ke tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan-maka aku akan menghalalkan untuknya syafa’atku kelak di hari kiamat” (HR. Bukhari)
Kiat Ketiga : Memperbanyak Shalat Sunnah
Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits dari seorang pembantu Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada pembantunya, “Apakah kamu punya suatu permintaan?”, dia menjawab, “Tidak”.Hingga suatu hari ia berkata, “Permintaanku adalah engkau memberiku syafa’at kelak di hari kiamat”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Siapa yang menunjukimu pada permintaan itu?”. Ia menjawab, “Rabb-ku”. Maka Nabi bersabda,“Kalau begitu bantulah aku dengan memperbanyak sujud”.(Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid (2/249) berkata hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dengan perawiyang shahih)
Yang dimaksud sujud yaitu shalat, dan sebagian ulama memaknai shalat dalam hadits ini dengan shalat sunnah seperti shalat sunnah rawatib, shalat sunnah dhuha, shalat tahajjud, dan sebagainya. Salah satunya Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah yang memasukkan hadits ini (yaitu hadits riwayat Muslim dengan redaksi yang sama) dalam bab Shalat Tathawwu’ (shalat sunnah) dalam kitab beliau Bulughul Maram. Ash Shan’ani menjelaskan alasannya sebagai berikut, “Apabila sujud (dalam hadits di atas) dibawa ke makna shalat wajib, maka mendirikan shalat wajib adalah sebuah hal yang sudah seharusnya bagi setiap muslim. Akan tetapi Nabi shallallahu alaihi wa sallammembimbing kepada suatu amalan khusus (yaitu shalat sunnah –pent), yang dapat membantu mencapai permintaan tersebut (yaitu permintaan pembantu Nabi akan syafa’at beliau –pent)” (Subulus Salam, 1/334)
Kiat Keempat: Menetap dan Meninggal di Madinah
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seseorang bersabar dalam menghadapi sulitnya (Madinah) hingga meninggal dunia, melainkan aku akan memberinya syafa’at atau menjadi saksi untuknya di hari kiamat kelak, apabila ia seorang muslim” (HR. Muslim)
Kiat Kelima : TidakMendustakan Adanya Syafa’at
Al Imam Al Bukhari rahimahullah dalam Asy Syari’ahhal. 337 membawakan sebuah atsar dari sahabat Anas ibn Malik radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, “Barangsiapa mendustakan syafa’at, maka tidak ada bagian untuknya dalam hal tersebut (yaitu syafa’at–pent)” (Dinilai shahih oleh Ibnu Hajar Al ‘Asqalaniy dalam Fathul Baari, 11/426). Lihat pembahasan selengkapnya dalam Asy Syafa’at karya Syaikh Muqbil ibn Hadi Al Wadi’i hal. 241
Demikian, semoga kita dapat mengamalkan kiat-kiat tersebut dan meraih syafa’at Al Musthafa shallallahu ‘alaihi wa sallam yang selalu kita dambakan. Wa billahit taufiq.
Penulis                 : Yhouga Ariesta, S.T. (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Muroja’ah           : Ustadz Afifi Abdul Wadud