Sabtu, 26 April 2014

berhenti sejenak, renungkan


Ruwetnya alur kehidupan yang kita lalui, seringkali membuat kita lelah menempuhnya. Adakalanya, selain lelah, kita mengalami kejenuhan yang luar biasa disertai ragam problem. Maka timbullah berbagai konflik yang menyita perhatian kita. Kadang, konflik itu kian menjauhkan kita dari kesabaran, atau justru dengan adanya konflik yang belum terselesaikan kita menjadi kian semangat segera menuntaskannya. Hidup memang ibarat alur cerita dalam kisah fiksi. Namun, hidup adalah kenyataan. Jadi kamu harus tetap tegar menghadapinya meskipun itu pahit terasa secara fisik atau merajam pikiran dan perasaanmu.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Pada edisi ke-339 atau sama dengan pekan ke-339 sejak pertama kali terbit pada 29 Oktober 2007 silam, buletin kesayanganmu ini juga mengalami pasang-surut gelombang kehidupan. Pada masa-masa awal merintis, buletin ini tentu saja nggak dikenal. Meski para penulisnya sudah memiliki banyak pengalaman, namun tetap saja gaulislam saat itu adalah media yang baru dikenal. Namanya masih terasa asing di lidah saat diucapkan atau terdengar kurang familiar di telinga. Tetapi, alhamdulillah atas izin Allah Ta’ala gaulislam kini menjadi buletin remaja yang terbit nonstop setiap pekan dengan ragam topik yang mencerahkan dan memberi solusi bagi para remaja muslim. Edisi cetaknya tersebar luas dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ke Nusa Tenggara Timur. Bagaimana dengan edisi internetnya? Alhamdulillah sudah tersebar hingga ke luar negeri melalui website resmi gaulislam dan juga disebar di blog-blog lainnya serta di jejaring sosial semacam facebook dan twitter. In sya Allah perkembangan ini akan memberikan nilai tambah bagi dakwah, khususnya bagi remaja muslim.
Ngomong-ngomong, judul gaulislam edisi ke-339 ini terasa beda dari biasanya. Yup, ini sengaja dibedakan. Judul ini ingin mengesankan bahwa kita diajak untuk berhenti sejenak dari perjalanan mencari kebahagiaan di dunia dan juga di akhirat. Berhenti sejenak untuk merenung. Berhenti sejenak untuk mengevaluasi sejauh mana catatan perjalanan kita bisa memberikan manfaat dan kontribusi besar bagi kehidupan pada umumnya. Seperti apa bentuk evaluasinya? Akan dipreteli satu per satu dalam tulisan ini supaya kamu bisa memahaminya dengan benar dan baik. So, jangan ke mana-mana, tetap stay tune di buletin kesayangan kamu ini.

Kenali diri kita

Ah, masa’ sih kita nggak kenal dengan diri sendiri? Eh, jangan salah sobat. Banyak orang tak kenal dirinya lho. Jangan kaget pula kalo pada akhirnya banyak orang yang baru ngeh dengan potensi dirinya setelah berusaha menggalinya lebih dalam. Nggak percaya? Hei, nggak usah ngotot! Cukup banyak di antara manusia yang nggak kenal dirinya sendiri. Kalo udah nggak kenal dirinya sendiri, maka bisa dipastikan dia nggak akan kenal siapa penciptanya. Sungguh!

Yahya bin Muaz ar-Razy, seorang sufi pernah mengatakan bahwa “man ‘arafa nafsahu, ‘arafa rabbahu” (barang siapa yang mengenal dirinya, maka mengenal Tuhannya) memiliki makna barang siapa yang mengenal dirinya dengan sifat lemah, membutuhkan, lalai, hina dan tidak tercapai maksud, maka akan mengenal tuhannya dengan sifat-sifat jalal dan jamal atas yang patut bagi kedua sifat itu, maka seorang hamba selalu melakukan muraqabah sehingga dibukakan kepadanya pintu musyahadahnya alias keadaan hati seorang hamba yang merasakan berhadapan dengan Allah Ta’ala (dari sebuah tulisan di internet yang mengutip pendapat Ibnu Hajar al-Haitamy dalam Kitab al-Fatawa al-Haditsah, Darul Fikri, Beirut, Hlm. 206)

Nah, itu dia. Coba interospeksi diri deh. Kalo merasa bahwa diri kita ini lemah di hadapan Allah Ta’ala, berarti kita nggak boleh sembarangan merasa sok jago dengan menjejalkan beragam ide atau pemahaman yang nggak benar—apalagi yang sesat—ke dalam pikiran dan perasaan kita. Misalnya nih, biasanya pada 21 April kan diperingati sebagai Hari Kartini, nah biasanya ide yang dihembuskan kaum feminis adalah emansipasi wanita yang kebablasan karena dibumbui ide feminisme tentang kesetaraan jender. Nah, ide itu jelas keliru, sobat. Tentu saja untuk mengukur dan menilainya adalah akidah dan syariat Islam.

Inilah salah satu contoh yang dimaksud bahwa kita kudu ngerti siapa diri kita maka kita akan ngerti siapa Rabb kita. Itu sebabnya, berhenti sejenak dan renungkanlah sobat. Apakah selama ini kamu udah berada di track yang benar menurut Islam, atau justru udah terlalu jauh ninggalin Islam? Silakan interospeksi diri ya.

Bro en Sis rahimakumullah, mengenali diri kita sendiri juga ada manfaatnya lho. Salah satunya adalah kita nggak bakalan jadi orang yang sombong. Why? Sebab, kita tak bisa hidup tanpa orang lain. Ngapain kudu sombong? Orang yang sombong nggak ada teman yang mau dekat-dekat. Kalo nggak ada yang nemenin kamu, emang kamu bisa hidup sendiri? Nggak lah! Kita ini manusia yang lemah dan membutuhkan kerjasama dengan orang lain di sekitar kita untuk mewujudkan apa yang kita inginkan.

Suatu hari Lukman al-Hakim menasihati anaknya: “Janganlah engkau palingkan wajahmu dari manusia dan jangan menjauhkan diri dari mereka. Janganlah engkau memandang manusia dengan remeh dan hina. Janganlah engkau bergaul dengan orang-orang yang hasad, dengki, dan sombong. Hiduplah engkau bersama manusia dan untuk manusia. Dengarlah dengan teliti jika manusia berbicara dan bergaul denganmu. Tunjukkanlah kepada mereka wajah manis, riang, dan gembira. Senantiasa kamu melemparkan senyum kepada mereka. Jika engkau selalu bersama mereka, mereka akan mencintaimu. Senyum selalu, dan berlemah lembutlah kepada mereka. Jika engkau merendah diri terhadap mereka, mereka akan memuliakan kamu. Ketahuilah wahai anakku, bahwa orang sombong itu tak ubahnya seperti seorang yang berdiri di puncak bukit. Apabila dia melihat ke bawah, semua manusia kelihatan kecil, sedangkan dia sendiri nampak kecil di mata semua manusia lainnya.” (Mutiara Nasihat Lukman al-Hakim, karya Dr. Fathullah al-Hafnawi, hlm. 84-85)

Mencatat setiap jengkal peristiwa

Sobat gaulislam, mungkin kamu termasuk orang yang malas untuk menikmati setiap jengkal peristiwa—apalagi mencatatnya—dalam perjalanan hidup kita. Kita mungkin sudah terlalu sibuk untuk mengurusi hal-hal remeh seperti mencatat peristiwa dalam kehidupan kita. Kita sudah merasa cukup puas bahwa dengan terus berjalannya kehidupan kita, kita anggap sudah berhasil dan tak perlu dinikmati atau dicatat.

Ada baiknya lho kita mencatat setiap jengkal peristiwa yang memang berkesan dan menarik serta menjadi bahan evaluasi. Cobalah berhenti sejenak setiap malam atau menyempatkan dalam seminggu dua atau tiga malam untuk merenungkan jejak langkah perjalanan hidupmu. In sya Allah, itu akan memberikan tambahan wawasan bagi kehidupanmu dan sekaligus memberikan kepekaan dan kepedulian untuk mengasah kepribadianmu agar lebih baik lagi di kemudian hari.
BTW, kamu sering nonton film kan? Baik film bergenre horor, komedi, laga, petualangan, asmara, kesetiaan, angkara murka, dan sejenisnya dan sebagainya yang pernah kamu tonton, pastinya ada pesan atau jalan cerita yang menarik dan unik. Mungkin, begitulah gambaran hidup kita. Bedanya, dalam cerita fiksi tentu saja khayalan, tetapi dalam kehidupan kita adalah bagian dari kenyataan yang harus dihadapi.

Itu sebabnya, catat semua peristiwa yang berkesan bagimu. Jika sudah sering mencatat kan bisa jadi bahan cerita atau inspirasi bagi orang lain. Selain itu, tentu catatan yang pernah digoreskan akan menjadi bekal bagimu untuk berhenti sejenak lalu merenungkan makna hidupmu. Siap?


Mengakui kesalahan, lalu berbuat baik

Banyak orang merasa gengsi untuk mengakui kesalahan yang dilakukannya. Perasaan seperti itu muncul karena orang tersebut belum memahami hakikat meminta maaf dan sikap tulus dalam pengakuan kesalahan yang sudah diperbuatannya. Tentu saja kudu dibarengi dengan terus berbuat baik untuk menutupi kesalahan yang sudah dilakukannya.
Sobat gaulislam, kata “maaf” bagi sebagian besar dari kita rada sulit untuk mengucapkannya karena berbagai alasan. Kalo kita udah berbuat salah sama teman kita, tapi kita agak gengsi karena kita sebagai ketua kelas: “masa’ sih ketua kelas minta maaf sama anggota kelasnya? Gengsi dong!”. Jangan heran Bro, kondisi ini bukan kahayalan tapi kenyataan. Padahal, meski sebagai ketua kelas meminta maaf kepada anggotanya bukan berarti turun derajat, lho. Boleh dibilang sebagai atasan bukan aib minta maaf sama bawahannya. Kalo memang udah ngelakuin kesalahan dan ingin menebus kesalahan tersebut, kenapa susah untuk meminta maaf? Justru kalo kita minta maaf akan menguatkan citra dan wibawa sebagai ketua kelas. Iya nggak sih? Jadi, nggak perlu gengsi. Nggak perlu malu. Apalagi merasa turun derajat dengan meminta maaf kepada mereka yang levelnya di bawah kita. Lagian nggak ada hubungannya kok.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Meminta maaf adalah salah satu bentuk dari tanggung jawab kita atas apa yang kita lakukan. Jika memang salah, jika memang apa yang kita lakuin tuh keliru, kenapa harus ditutupi? Kenapa pula harus merasa tetap benar dan jaga gengsi? Nggak ada ceritanya tuh kalo minta maaf bakalan merusak citra diri kita. In sya Allah nggak.
Nah, hubungan dengan manusia lainnya sangat penting, dan menjaga serta merawatnya jauh lebih penting. Percayalah, kalo hubungan yang baik itu akan memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan kita. Bahkan ada yang menyatakan bahwa relationship punya andil besar dalam mempengaruhi pencapaian kualitas hidup di wilayah sentral: karir, keluarga, bisnis, sosial dan lain-lain.
Oleh karena itu Alf Cattel mengatakan bahwa jika sudah ditakdirkan semua manusia hidup dengan business of selling maka relationship is product. Senada dengan Cattel,  A.H. Smith, mantan presiden perusahaan kereta api di Amerika Serikat, mengatakan: “Kereta api adalah 95 % manusia dan 5 % besi”. (e-psikologi.com dalam pembahasan “self-defeating”)

Jadi kalo hubungan kamu dengan teman lainnya dibelit konflik, jangan lantas pada diem semua. Harus diobrolkan. Berhenti sejenak untuk mengevaluasi diri. Kemudian baru bicarakan dengan teman kita. Jika kita salah, nggak usah gengsi untuk minta maaf kepadanya. Nggak perlu sulit untuk ngomongin permintaan maaf. Oke? Cobalah.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Jangan kamu saling dengki dan iri, dan jangan pula mengungkit keburukan orang lain. Jangan saling benci dan jangan saling bermusuhan, serta jangan saling menawar lebih tinggi atas penawaran yang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslim yang lainnya, dengan tidak mendzaliminya, tidak mengecewakannya, tidak membohonginya, dan tidak merendahkannya. Letak takwa ada di sini (Nabi saw menunjuk ke dada beliau, sampai diulang tiga kali). Seorang patut dinilai buruk bila merendahkan sudaranya yang muslim. Seorang muslim haram menumpahkan darah, merampas harta, dan menodai kehormatan muslim lainnya” (HR Muslim)

Oke deh sobat gaulislam, setidaknya tiga poin yang dibahas di sini bisa mewakili banyak hal yang perlu kita renungkan. Ya, karena mengenali diri kita sendiri adalah kunci untuk bisa memahami masalah dan senantiasa menggantungkan pertolongan hanya kepada Allah Ta’ala. Kemudian, mencatat setiap jengkal peristiwa yang kita lalui, adalah bagian dari evaluasi dan interospeksi atas apa yang sudah kita lakukan selama menjalani kehidupan ini. Terakhir, mengakui kesalahan dan terus berbuat baik adalah bagian dari upaya evaluasi dan perbaikan kualitas diri. Dari semua itu, tentu keimanan kamu kudu terus dikokohkan agar lebih kuat lagi sebagai faktor pendorong dari ketiga hal yang sudah dibahas tadi. Semangat! [solihin | Twitter @osolihin]

hanis UN, terbitlah galau



Waduh, nggak salah ngasih judul nih, gaulislam? Nggak. Biasa aja. Ini ditulis dalam kesadaran penuh, kok. Tanpa paksaan dari pihak manapun dan ditulis dalam tempo yang sesingkat-singkatnya demi melihat perkembangan akhir-akhir ini dan selama diadakannya UN alias Ujian Nasional dalam beberapa tahun belakangan.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Hari ini, saat buletin gaulislam edisi 338 ini terbit (14 April 2014), kamu yang kelas 3 SMA/SMK/MA lagi ngos-ngosan ngerjain soal-soal UN. Semoga saja nggak ada yang sampe ngebul ubun-ubunnya akibat spaneng dan hang. Hehehe.. saya doakan semoga kamu semua lulus dan diluluskan. Lho, kok ada istilah lulus dan diluluskan? Oopps.. ini bukan salah ketik, tetapi ditulis dengan keseriusan penuh. Iya, karena ada yang benar-benar bisa ngerjain soalnya dan kamu berhak lulus. Ada juga di antara kamu yang kudu dibantu diluluskan ketika ujian (misalnya jawabannya dibenerin sama guru-guru di sekolahmu karena kamu termasuk yang berpotensi nggak lulus). Sori. Bukan nuduh, tetapi faktanya memang ada yang begitu. Kalo gitu, buat apa ada Ujian Nasional ya? *mikir sambil manggut-maggut
Kembali ke soal judul buletin gaulislam edisi pekan ini. Judul ini memang bernada prihatin, berirama kesedihan, bernuansa kecemasan. Bukan apa-apa. Udah capek-capek nyiapin buat bertarung di UN, eh udah lulus malah kamu runtang-runtung nggak jelas. Kerja susah, mau kuliah kurang biaya. Bagi yang beruntung, alhamdulillah bisa dapetin kerja atau kuliah atas biaya ortu. Lha, gimana yang nggak kuliah dan nggak kerja? Bagi mereka yang kebagian jenis terakhir ini, habis UN terbitlah galau. Waduh!

Sobat gaulislam, kalo kamu orang yang tegar bak batu karang yang tahan dihempas gelombang, maka tak perlu galau hadapi UN. Nyantai aja lagi. Jangan keder atau bingung. Kalo kamu udah nyiapin diri, in sya Allah bakalan lancar dilalui. Nah, perkara nanti setelah Ujian Nasional kamu ternyata gagal, tetap jangan bikin galau. Itu hal biasa. Terima kekalahan dengan kepala tegak. Sebab, yang terpenting udah berjuang. Betul nggak?

Nah, masalahnya adalah, apakah kamu semua udah terbiasa berjuang dan menghadapi berbagai rintangan dalam kehidupan ini? Silakan interospeksi diri masing-masing ya. Saya sendiri merasa khawatir ketika melihat banyak remaja yang hidupnya kok sepertinya nyantai dan main-main. Lebih asik ngerumpi di BBM, main-main berbalas komentar atausharing hal-hal tak begitu bermanfaat di facebook atau twitter. Ini kondisi yang sangat tidak kondusif mengingat kamu seharusnya sudah mulai serius memikirkan masa depanmu.

Menggapai masa depan terbaik

Rasa-rasanya di dunia ini nggak ada orang yang mau sengsara, meski pernah ada novel berjudul Sengsara Membawa Nikmat. Itu lain konteksnya, sobat. Kalo udah berusaha untuk menjadi lebih baik tetapi belum juga kesampaian dan akhirnya sengsara, ya kita hadapi saja. Gimana kalo sengsara berkepanjangan? Ya, kamu kudu sabar dan coba menghibur diri karena jaman saya SD ada film berjudul Tabah Sampai Akhir yang dibintangi Mbak Astri Ivo masih kanak-kanak di tahun 1980-an. Waduh, nggak banget ah. Hey, nggak usah minder en pesimis. Tetap semangat sambil terus berikhtiar secara maksimal, sobat!

Sobat gaulislam, menggapai masa depan terbaik pasti dambaan kita semua, termasuk para orang tua kita. Nggak ada ortu yang ngidam berharap anaknya terlantar. Semua orang tua kepengen anak-anaknya sukses untuk menggapai masa depan terbaiknya. Ini sudah kondisi normal alias wajar.

Hanya saja permasalahannya adalah, kondisi kehidupan saat ini yang tak menentu dan sistem pendidikan yang nyaris tak tentu arah membuat sebagian besar orang tua cemas memikirkan masa depanmu. Mungkin juga buat kamu yang udah mikir masa depan jadi ikutan khawatir. Beginilah kehidupan kita saat ini, ketika Islam tak diterapkan sebagai ideologi negara. Bikin miris dan memilukan.

Kita semua menyangka bahwa untuk mendapatkan masa depan terbaik adalah melalui pendidikan. Tetapi setelah sekian lama belajar malah nggak karu-karuan kehidupan kita. Bukan hanya soal akhlak yang kedodoran, tetapi juga masa depan secara finansial ikutan jeblok. Jangankan yang cuma lulusan SMA, mereka yang sarjana aja jadi menambah barisan panjang para pengangguran. Memang sih nggak semuanya bernasib buruk, karena tak sedikit juga yang mujur. Namun ini perkara kebijakan negara Bro en Sis. Sistem pendidikan—lengkap dengan tujuan dan target—erat kaitannya dengan kebijakan negara. Kalo negaranya peduli, maka sebenarnya mereka yang terdidik akan mendapat tempat yang layak. Apalagi jika yang terdidik itu otaknya encer alias pinter banget plus shalih dan shalihah, dijamin bahagia dunia-akhirat.

Ah, jadi miris kalo ngomongin soal ini. Why? Sebab tak sedikit lho orang cerdas di negeri kita yang memilih berkiprah dan mengamalkan ilmunya di negeri orang ketimbang di negerinya sendiri. Saya pernah menyaksikan tayangan Kick Andy yang menampilkan Dr Khoirul Anwar yang menemukan jaringan 4G (ini lebih tinggi dari 3.5G yang sekarang kita gunakan dalam berkomunikasi layanan data internet). Itu orang Indonesia, sobat. Tetapi beliau memilih berkarir dan mengembangkan ilmunya di negeri Sakura, Jepang. Saat ditanya sama Bung Andy di acara itu, “Mengapa Anda tidak mengabdikan ilmu Anda di negeri sendiri?”, Dr Khoirul Anwar hanya diam sambil tersenyum. Tak berkata apa-apa. Tetapi Bung Andy dan peserta yang hadir di acara itu semuanya tertawa karena sudah memakluminya dan tahu jawabannya. Ya, inilah negeri kita. Orang-orang yang berprestasi hebat dan mendunia lebih senang berkiprah di negeri orang karena perhatian yang minim dari pemerintah negeri sendiri. Sekadar tahu saja, teknologi jaringan 4G yang ditemukan Dr Khoirul Anwar diterapkan pertama kali pada Desember 2009 di Norwegia. Di negeri sendiri, kebijakan pemeritah masih melindungi provider yang udah investasi di jaringan 3G atau 3.5G. Jaringan 4G yang super kenceng belum maksimal didukung.

Selain Dr Khoirul Anwar, ada ratusan orang hebat negeri ini yang memilih mengabdikan ilmu di luar negeri, termasuk seorang sahabat saya yang profesor matematika di salah satu universitas di Inggris. Sayang banget ya, kehebatan mereka dimanfaatkan oleh negara lain. Di negeri ini mungkin saja pemerintahnya sibuk rebutan jabatan dan berlomba jadi koruptor ketimbang mikirin negara dan rakyatnya. Mengenaskan!

Ok. Balik lagi ke subjudul yang ditulis: meraih masa depan terbaik. Ini penting, sobat. Untuk meraih masa depan terbaik kita harus meluruskan niat (yakni semata untuk menggapai ridho Allah Ta’ala), mengokohkan tawakal (hanya menjadikan Allah Ta’ala sebagai penolong) dan memaksimalkan ikhtiar, serta lengkapi semua itu dengan doa. In sya Allah akan dimudahkan oleh Allah Ta’ala dalam meraih masa depan terbaik. Aamiin.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kamu sudah siap kan untuk menggapai masa depan terbaikmu? Yup! Harus! Seorang muslim harus sudah menentukan tujuan dan target dalam kehidupannya. Kalo ada di antara kamu yang masih main-main dan belum tahu hendak ngapain dan mau ke mana, sungguh ter-la-lu!


Raih sukses tanpa galau

Hehehe.. kalo urusan galau sih sebenarnya tak perlu nunggu ada Ujian Nasional. Adanya Ujian Nasional hanyalah pelengkap penderita kamu-kamu yang malas belajar dan doyan galau. Urusan galau itu persoalan cara pandang, kok. Kalo kamu merasa bahwa hidupmu baik-baik saja dan punya tujuan hidup yang benar dan jelas, maka tak akan merasakan kegalauan. Sebab, mereka yang galau adalah golongan yang tak memiliki tujuan hidup dan tak punya target dalam hidupnya. So, kamu kudu mulai memikirkan masa depanmu, sobat!

Ya, masa depan itu penting untuk direncanakan dan disiapkan sejak sekarang. Apalagi jika kita mikirnya lebih jauh, yakni masa depan di akhirat kelak. Nah, untuk merencanakan masa depan yang lebih baik, tentu saja nggak ditempuh dengan kegalauan.

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Untuk meraih sukses, selain tanpa kegalauan, juga harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut: Pertama, kamu sendiri harus berusaha untuk meraih sukses. Kedua, hubungan dengan orang lain alias punya koneksi atau jaringan. Ketiga, lingkungan yang baik mulai dari keluarga, masyarakat dan negara. Nah, in sya Allah jika ketiga hal itu digabungkan akan menjadi jalan untuk mendapatkan kesuksesan.

Nah, yang pertama sekali adalah kesiapan diri kita untuk mau berjuang meraih sukses. Sebab, meski banyak koneksi atau luasnya jaringan persahabatan dan lingkungan yang bagus untuk bisa meraih sukses, namun jika kita sendiri nggak mau bergerak untuk mendapatkan kesuksesan, ya tentu saja nggak akan jadi, Bro en Sis.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan” (QS ar-Ra’d [13]: 11)

Nah, maksud ayat ini, Allah Ta’ala tak akan mengubah keadaan suatu kaum, selama kaum tersebut tak berusaha mengubah sebab-sebab kemundurannya atau kelemahannya. Maka, tentu saja untuk meraih sukses kamu harus menghilangkan sifat galau yang mungkin selama ini kamu pelihara dan ditampakkan dalam status di facebook dan twitter atau instagram. Ok? Sukses tak diraih dengan galau. Sekarang, fokus dulu untuk mengerjakan Ujian Nasional, hadapi dengan tenang dan maksimalkan ikhtiarmu. Setelah usai melewati UN, barulah kamu pikirkan baik-baik dan buatlah strategi jitu untuk merencanakan masa depanmu. Siap ya? Sip! Oya, yang terpenting dari semua itu, kamu harus meraihnya demi menggapai ridho Allah Ta’ala dan dengan cara sesuai tuntunan Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa sallam. Semangat! [solihin | Twitter @osolihin]

remaja berpolitik itu asik



Wah, gaulislam bahas soal politik? Untuk remaja? Widiw, bakalan bikin panas nih, apalagi menjelang Pemilu 9 April 2014 ini. Ah, kamu jangan mendramatisir sobat. Nggak usah lebay gitu lho. Pembahasan ini jangan dibuat lebay, biasa aja lagi. Kamu juga jangan merasa bahwa masalah politik adalah masalah yang berat dan bikin mumet sampe kepala pusing tujuh keliling lapangan sepakbola standar internasional. Sebab, ini seharusnya sudah menjadi masalah sehari-hari, Bro en Sis. Sama sekali bukan masalah luar biasa hanya gara-gara dibahas untuk remaja. Politik itu asik, sobat gaulislam!

Saya pernah bikin buku dengan judulnya “Politik Itu Nggak Kejam”, tetapi ketika ditawarkan ke penerbit dan pihak penerbit tertarik untuk menerbitkannya ternyata diganti jadi lebih soft alias halus, yakni “Muda Luar Biasa” dengan tagline: melek dunia, paham agama. Saya tak mempermasalahkan diganti judulnya karena isinya tak ikut digerus. Walhasil itu buku judulnya dan covernya memang menarik, tetapi isinya jauh lebih menarik dari sekadar tampilan cover dan judulnya. Oppss.. nyombong banget ya? Hehehe… nggak. Sekadar sedikit percaya diri. Ehm…
Lha, lalu apa hubungannya dengan pembahasan di buletin gaulislam edisin 337 yang terbit 7 April 2014 ini? Ada, Bro en Sis. Ada. Hubungannya adalah, sama-sama membahas tentang politik dan seluk beluknya serta bertaburan fakta di dalamnya. Namun, di buletin ini kita akan bahas secara singkat aja karena keterbatasan jumlah halaman. Meski demikian, in sya Allah tetap menarik kok. Suer!

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Ngomongin soal politik sudah biasa alias wajar-wajar saja. Apalagi saat ini menjelang pemilu, partai dan para caleg justru ngajak anak kecil dan remaja turut serta dalam kampanye mereka. Itu secara tidak langsung melibatkan mereka dalam proses politik yang dipahami dan dipraktekkan di negeri ini. Apakah itu pelanggaran? Kalo menurut undang-undang terkait di negeri ini hal itu sebagai salah satu bentuk pelanggaran. Tetapi aturan itu nggak pernah ditaati karena para pelaku umumnya beralasan sebagai penggalangan dukungan.

Nah, apakah para remaja atau anak-anak yang ikutan kampanye pemilu itu dikatakan udah terlibat aktivitas politik? Mungkin saja iya, mungkin juga tidak. Tetapi yang pasti, mereka bisa jalan-jalan gratis, joget bersama artis dangdut di panggung hiburan yang udah disediain, udah gitu dikasih uang plus kaos partai atau dapat jatah makan siang dari para caleg agar mereka bersedia jadi penggembira dengan tujuan akhir memilih partai dan calegnya. Maklumlah, sangat boleh jadi itu massa bayaran, kok. Bukan nuduh, tetapi itu kemungkinan besar. Liat aja fakta di sekeliling kita.

Politik “wani piro”

Demokrasi, sebagai sebuah sistem kehidupan, mempunyai mekanisme tersendiri dalam praktek pengaturan tata negara, termasuk siapa yang ingin berkuasa di negara yang menerapkan demokrasi. Salah satu yang mudah dipahami oleh masyarakat awam adalah pemilu. Pemilu adalah sarana untuk mengumpulkan suara dari rakyat yang diartikan sebagai dukungan terhadap calon pemimpin atau partai yang akan berkuasa. Partai yang memiliki suara terbanyak berhak untuk berkuasa. Caleg yang mengoleksi suara terbanyak, bakalan melenggang mulus jadi anggota legislatif semua tingkatan sesuai dengan pencalonannya (dari tingkat kota/kabupaten, provinsi hingga nasional).

Sobat gaulislam. Proses seperti ini justru rawan money politic alias politik uang, perbuatan yang sebenarnya dicela dalam demokrasi itu sendiri karena dianggap curang. Tetapi, sepertinya semua partai dan caleg tak menggubris larangan tersebut, malah berlomba mencari siapa saja yang mau memilih diri atau partainya meskipun harus merogoh kocek dalam-dalam. Akibatnya, masyarakat yang jadi sasaran empuk partai dan para caleg pun tak sedikit yang berulah dan melakukan tawar-menawar dukungan dengan barter fulus. Jadi deh, slogannya: wani piro?

Politik dalam demokrasi memang diciptakan seperti itu. Sistemnya yang memang membuat para politisi jadi edan kelakuannya. Nggak usah jauh-jauh mencari contoh kasusnya. Kamu bisa nengok kanan-kiri di daerahmu karena udah banyak fakta yang bisa dijadikan sebagai contoh. Untuk jadi caleg di tingkat kota atau kabupaten saja, konon kabarnya kudu nyediain dana minimal Rp 100 juta (kalo level nasional, yakni DPR RI ya bisa jadi lebih dari Rp 1 miliar). Itu belum termasuk biaya kampanye lho. Bisa jadi itu adalah setorannya ke partai yang dia ikuti. Jangan salah lho, daftar urutan caleg di sebuah partai untuk daerah pemilihan itu dijual kok. Kalo ada yang mendapat nomor urut 1 untuk daerah pemilihan tertentu di partai tertentu, pastinya dia udah bayar lebih ke partai tersebut. Maklumlah, kayak tukang dagang, kalo permintaan lagi tinggi terhadap suatu barang, sementara barang itu terbatas jumlahnya pasti bakalan dinaikkan harganya. Siapa yang bisa beli ya mereka yang punya uang lebih. Itu sudah aturan mainnya.

Nah, prinsip tukang dagang di atas bisa juga berlaku untuk para caleg. Maka, pantas saja banyak caleg di pemilu sebelumnya jadi pasien rumah sakit jiwa gara-gara tak tahan menderita akibat kegagalan dalam pemilihan caleg padahal sudah habis-habisan dalam tenaga, pikiran dan dana. Sebaliknya, bagi yang berhasil ternyata juga ikutan gila dalam bentuk lain: gila kekuasaan dan memanfaatkannya untuk mengembalikan modal yang udah dia semai. Nggak heran kalo kasus korupsi jadi kian merajalela di tingkat pejabat negara karena mereka berprinsip kembali modal, dan bila perlu meraih untung. Waduh!

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Kalo melihat fenomena seperti ini, apa yang ada di pikiran kamu? Bisa saja politik itu menjadi begitu kotor, jorok, jahat dan kejam. Kalo ukurannya dalam demokrasi, saya setuju. Tetapi jika diukur dengan standar Islam, akan lain ceritanya. Why? Simak subjudul di bawah ini sebagai jawabannya.

Politik dan Islam

Sebelum kamu ‘terjun’ ke dunia politik, harus tahu dulu apa itu politik. Itu sebabnya, di sinilah perlunya pendidikan. Pendidikan adalah segalanya. Orang bisa pinter, bisa ngerti dan bisa membuat segalanya lebih bermakna adalah karena pendidikan. Setiap pendidikan insya Allah akan mengantarkan kepada pencerahan berpikir. Kamu nggak bakalan kuper, o’on, dan juga nggak bakalan ditipu orang, atau malah diperalat oleh pihak yang nggak bertanggung jawab. Kamu bisa hebat dan canggih, tentu lewat pendidikan yang canggih pula, kalo pendidikannya aja menggunakan sistem yang nggak jelas, maka jangan harap kamu menjadi pinter dan cerdas.
Lalu apa arti politik dalam pandangan Islam? Dalam kitab Mafahim Siyasiyah dijelaskan bahwa politik adalah ri’ayatusy syu’unil ummah, alias pengaturan urusan umat. Adapaun pengaturan urusan umat tidak melulu urusan pemerintahan seperti sangkaan banyak orang, melainkan termasuk di dalamnya aspek ekonomi (iqtishadi), pidana (uqubat), sosial (ijtima’i), pendidikan (tarbiyah) dan lain-lain.

Oya, ngomongin soal politik, kamu juga kudu paham dengan istilah kesadaran politik menurut Islam. Remaja muslim yang sadar politik bukanlah mereka yang ikut jadi penggembira kampanye. Bukan pula remaja yang mudah diperalat oleh pihak tertentu demi meraih kepentingan yang memperalatnya. Nah, kesadaran politik menurut Islam itu syaratnya ada dua: Pertama, kesadaran tersebut harus bersifat mendunia alias global. Jadi kamu kudu ngeh juga masalah dan perkembangan saudara kita di belahan bumi lain dan harus menjadi agenda untuk dicarikan solusinya. Kedua, kesadaran politik tersebut harus memiliki sudut pandang yang khas, yakni Islam. Tentu saja karena selain Islam adalah salah.

Sobat gaulislam. Oya, supaya kamu bisa bicara dan terlibat aktif dalam politik dengan benar, ikuti tips ini. Pertama, politik harus kita pahami sebagai bagian ajaran Islam. Jadi seluruh kaum muslimin yang akil baligh wajib memahami hukum-hukum ini. Kedua, harus ditumbuhkan kesadaran politik pada diri kita. Caranya? Seperti yang udah dijelasin di awal, pokoknya harus mengembangkan wawasan dan pastikan sudut pandang penilaian terhadap peristiwa politik yang berkembang harus Islam. Supaya kita menjadi remaja kritis dan bertanggung jawab.


Nggak usah bingung, sobat! Saat ini kondisinya memang tak ideal. Negara tidak menerapkan Islam sebagai ideologi, partai peserta pemilu juga banyak yang asasnya bukan Islam, partai yang ngaku berasas Islam juga malah jadi terbuka alias calegnya boleh dari agama selain Islam. Selain itu, partai yang ngakunya berbasis massa Islam juga malah jumlahnya lebih dari satu. Ini tentu kian membingungkan, termasuk bagi pemilih pemula seperti kamu semua. Kalo emang mau berjuang demi tegaknya Islam seharusnya partai-partai yang katanya Islam itu bergabug aja jadi satu. Sehingga kekuatannya penuh. Tetapi faktanya kan nggak. Bahkan dalam sebuah diskusi di jejaring sosial saya menemukan jawaban pesimisitis bahwa sulit jika harus bersatu. Ketahuilah, justru sulitnya disatukan itu karena tujuannya bisa jadi bukan demi Islam, tetapi demi kepentingan partai dan kelompoknya serta orang-orang yang ada di dalamnya. Wah!

Jadi bagaimana? Bagaimana apanya? Sobat, setiap perbuatan itu akan dimintai pertanggungan jawab oleh Allah Ta’ala. Kalo kamu pilih yang salah, maka akan ikut menanggung akibatnya. Kalo kamu ragu, memilih itu hak alias bukan kewajiban. Jadi kalo memilih untuk tidak memilih juga dibenarkan. Daripada udah kamu pilih ternyata partai dan calegnya berkhianat. Apa kamu nggak kecewa delapan turunan delapan tanjakan? Lagi pula, pemilu saat ini justru untuk mengokohkan demokrasi dan meminggirkan syariat Islam. Saatnya berpikir cerdas dan islami, sobat. 
[solihin | Twitter @osolihin]

sunnah sunnah di hari jum'at


jumat
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian diseru untuk shalat pada hari jum’at, maka bersegeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, hal itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (QS. AlJumu’ah: 9)
Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala. Jum’at adalah satu hari dimana Allah mengistimewakannya dengan beberapa hal sebagaimana dalam hadits, “Hari terbaik dimana matahari terbit di hari itu adalah hari jum’at. Di hari itu Adam diciptakan, di hari itu pula Adam dimasukkan ke dalam surga dan juga dikeluarkan dari surga. Dan kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari jum’at” (HR. Muslim)
Hari jum’at juga termasuk hari ‘ied (hari raya) pekanan umat Islam sebagaimana ucapan sahabat‘Abdullah bin Zubair ketika pernah di masa beliau ‘iedul fithri jatuh pada hari jum’at, “Dua hari raya dalam satu waktu” (HR. Abu Dawud, dinilai shahih Al Albani)
Di hari jum’at, seorang laki-laki muslim yang telah baligh wajib melaksanakan shalat jum’at secara berjamaah di masjid. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat Jum’at berjama’ah adalah kewajiban bagi setiap muslim, kecuali 4 golongan, yaitu budak, wanita, anak kecil, dan orang yang sakit” (HR. Abu Dawud, dinilai shahih oleh Al Albani)
Para pembaca sekalian, sebagai seorang muslim yang mengetahui betapa agungnya hari jum’at, pasti akan bersemangat untuk melaksanakan berbagai macam ibadah yang dituntunkan di hari jum’at. Salah satu contoh langka yang mungkin sebagian kaum muslimin belum tahu adalah membaca surah Al Kahfi pada hari jum’at. Insya Allah akan ada pembahasan lebih lanjut lagi.
Sunnah-sunnah ibadah yang Nabi tuntunkan untuk dikerjakan di hari jum’at sangatlah banyak. Baik sunnah-sunnah secara umum, maupun terkait khusus bagi laki-laki yang hendak melaksanakan shalat jum’at.

Sunnah-Sunnah Secara Umum

[1] Memperbanyak shalawat Nabi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jum’at, maka perbanyaklah shalawat kepadaku di dalamnya, karena shalawat kalian akan disampaikan kepadaku”. Para sahabat berkata, “Bagaimana ditunjukkan kepadamu sedangkan engkau telah menjadi tanah?” Nabi bersabda,Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para Nabi” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, An Nasa-i)
[2] Membaca Surah AlKahfi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca surat AlKahfi pada hari Jum’at, maka Allah akan meneranginya di antara dua Jum’at.” (HR. Hakim dalam Mustadrok, dan beliau menilainya shahih)
[3] Perbanyak Doa
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut hari Jum’at kemudian berkata, “Di hari Jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seseorang muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.” Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu. (HR. Bukhari dan Muslim)
Yang dimaksud dengan detik terakhir dari hari Jum’at adalah saat menjelang maghrib, yaitu ketika matahari hendak terbenam.
[4] Perbanyak Dzikir Mengingat Allah
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian diseru untuk shalat pada hari jum’at, maka bersegeralah mengingat Allah…” (QS. AlJumu’ah: 9)
[5] Imam Membaca Surah AsSajdah di Rakaat ke-1 dan Surah AlInsan di Rakaat ke-2 pada Shalat Shubuh
Dari Abu Harairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca pada shalat Shubuh di hari Jum’at “Alif Lam Mim Tanzil …” (surat As Sajdah) pada raka’at pertama dan “Hal ataa ‘alal insaani ḥiinum minad dahri lam yakun syai-am madzkuuraa (surat Al Insan) pada raka’at kedua.” (HR. Muslim)
Tapi seorang imam hendaknya tidak memaksakan diri untuk membaca kedua surah tersebut ketika kondisi makmumnya tidak mampu berdiri terlalu lama.

Sunnah-Sunnah Terkait Shalat Jum’at

[1] Mandi Jum’at
Diantara hadits yang menyebutkan dianjurkannya mandi pada hari jum’at adalah hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mandi pada hari jum’at, maka ia mandi seperti mandi janabah…” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebagian ulama ada yang mewajibkan mandi jum’at dalam rangka kehati-hatian berdasarkan hadits dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mandi pada hari Jum’at adalah wajib bagi setiap orang yang telah baligh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[2] Membersihkan Diri dan Menggunakan Minyak Wangi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mandi pada hari Jum’at dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak rambut atau minyak wangi kemudian berangkat ke masjid dan tidak memisahkan antara dua orang, lalu shalat sesuai dengan kemampuan dirinya, dan ketika imam memulai khutbah, ia diam dan mendengarkannya maka akan diampuni dosanya mulai Jum’at ini sampai Jum’at berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[3] Memakai Pakaian Terbaik
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wajib bagi kalian membeli 2 buah pakaian untuk shalat jum’at, kecuali pakaian untuk bekerja” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, dinilai shahih oleh Al Albani)
Di dalam hadits ini Nabi mendorong umatnya agar membeli pakaian khusus untuk digunakan shalat jum’at.
[4] Bersegera Berangkat ke Masjid
Anas bin Malik berkata, “Kami berpagi-pagi menuju sholat Jum’at dan tidur siang setelah shalat Jum’at” (HR. Bukhari).
Ibnu Hajar Al ‘Asqalani berkata dalam Fathul Bari, “Makna hadits ini yaitu para shahabat memulai shalat Jum’at pada awal waktu sebelum mereka tidur siang, berbeda dengan kebiasaan mereka pada shalat zuhur ketika panas, sesungguhnya para shahabat tidur terlebih dahulu, kemudian shalat ketika matahari telah berkurang panasnya”
[5] Perbanyak Shalat Sunnah Sebelum Khatib Naik Mimbar
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Barangsiapa yang mandi kemudian datang untuk shalat Jum’at, lalu ia shalat semampunya dan dia diam mendengarkan khutbah hingga selesai, kemudian shalat bersama imam, maka akan diampuni dosanya mulai jum’at tersebut sampai jum’at berikutnya ditambah tiga hari.” (HR. Muslim)
Hadits di atas juga menunjukkan terlarangnya berbicara saat khatib sedang berkhutbah, dan wajib bagi setiap jamaah untuk mendengarkannya
[6] Tidak Duduk dengan Memeluk Lutut Ketika Khatib Berkhutbah
Sahl bin Mu’adz bin Anas mengatakan bahwa Rasulullah melarang Al Habwah (duduk sambil memegang lutut) ketika sedang mendengarkan khatib berkhutbah” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, derajat : hasan)
[7] Shalat Sunnah Setelah Shalat Jum’at
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila kalian telah selesai mengerjakan shalat Jum’at, maka shalatlah 4 rakaat.” Amr menambahkan dalam riwayatnya dari jalan Ibnu Idris, bahwa Suhail berkata, “Apabila engkau tergesa-gesa karena sesuatu, maka shalatlah 2 rakaat di masjid dan 2 rakaat apabila engkau pulang.” (HR. Muslim, Tirmidzi)

Penutup

Demikian sebagian sunnah-sunnah pada hari jum’at yang dapat penulis sampaikan. Semoga kita senantiasa diberikan semangat dalam menjalankan sunnah-sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan bersegera menjauhi amalan yang tidak pernah beliau ajarkan. Wallahul muwaffiq.
Penulis : Wiwit Hardi P (Alumni Ma’had Al‘Ilmi Yogyakarta)
Muroja’ah : Ustadz Abu Salman, B.I.S