Rabu, 12 Februari 2014

Say with Love…

Wah, nggak kerasa ya udah bulan Februari. Di hari-hari ini, kalo kita pergi ke mal, toko souvenir, atau supermarket besar, hampir bisa dipastiin, interior ruangannya dipenuhi beragam pernak-pernik: ada pita, bantal, guling (sekalian aja selimut, kasur, ranjang, hehehe…) berbentuk hati. Ada juga boneka beruang, aneka coklat, atau rangkaian bunga yang didominasi dua warna: pink dan biru muda. Ini bukan karena toko, mal atau supermarketnya keabisan stok warna lain lho. Tetapi konon pink itu melambangkan kepribadian cewek en biru muda melambangkan kepribadian cowok. Lha kalau saya suka warna hitam, kira-kira saya termasuk kepribadian yang mana ya? Weleh-weleh, nggak jelas tuh filosofinya.
Nah, sobat gaulislam, kamu pasti paham dong kenapa mal, toko en supermarket disulap demikian? Yup! Kamu pintar! Sebentar lagi kebanyakan anak-anak muda seluruh dunia akan merayakan “Hari Kasih Sayang” atau yang lebih tenar diistilahkan dengan Valentine’s Day. Momentum ini sangat disukai anak-anak remaja, terutama remaja perkotaan. Karena di hari itu, 14 Februari, mereka terbiasa merayakannya bersama orang-orang yang dicintai atau disayanginya, terutama kekasih. Valentine’s Day memang berasal dari tradisi Barat, namun sekarang momentum ini dirayakan di hampir semua negara, tak terkecuali penduduk di negeri-negeri muslim besar seperti Indonesia.
Meskipun budaya ini lebih ngetren di perkotaan, tapi ternyata Valentine’s Day juga udah ‘mangkal’ di kampung-kampung. Biasanya, hari yang digandrungi remaja ini dirayakan oleh mereka dengan pergi ke kota. Salah satunya seorang gadis remaja sebut saja Mawar (15) warga Kampung/Desa Simpar Kecamatan Cipunagara. Gara-gara latah meniru budaya Valentine’s Day, gadis yang masih kelas II SMP ini  harus kehilangan keperawanannya secara paksa oleh pacar dan teman-temannya yang berjumlah 4 orang. Begitulah Valentine’s Day. Hari yang dianggap kasih sayang ini nyatanya adalah hari ajang maksiat. Buktinya, menurut BKKBN, selain laku keras pada malam pergantian tahun baru, kondom juga laris manis pada momen Valentine’s Day. Bahaya!

Background historis Valentine’s Day
Bro en Sis rahimakumullah, menurut sejarah, Valentine’s Day itu berasal dari seorang pemuda yang bernama Saint (Santo) Valentine, yaitu seorang yang dianggap suci oleh kalangan Kristen yang menjadi martir karena menolak untuk meninggalkan agama Kristiani. Jauh sebelum itu, Valentine’s Day merupakan tradisi Romawi Kuno. Saat itu, pada pertengahan bulan Februari dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Di Romawi Kuno, 15 Februari adalah hari raya Lupercalia yang dipersembahkan untuk Dewa Lupercus atau dewi kesuburan.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta bernama Juno Februata.
Nah, keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuan itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik en subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Saat itu, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara diam-diam pula menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi pun dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.

Back to Islam
Sobat gaulislam, kalau pun Hari Valentine masih dihidup-hidupkan hingga sekarang, bahkan ada kesan kian meriah, itu nggak lain adalah upaya para pengusaha yang bergerak di bidang pencetakan kartu ucapan, pengusaha hotel, pengusaha bunga, pengusaha penyelenggara acara, dan sejumlah pengusaha lain yang telah meraup keuntungan sangat besar dari event itu. Jadi kalo temen-temen ngerayain Valentine’s Day, itu sama aja ngasih keuntungan besar bagi para pengusaha serakah ini.
Lagipula, sebagai seorang muslim, kita wajib terikat dengan hukum-hukum Allah. Islam yang keren ini punya seperangkat aturan yang bisa nyelesain semua masalah kamu tanpa kecuali. Kalau sampai kamu nggak tahu, itu karena kamu kudet alias kurang update aja ama Islam. Ayo ngaku! Update status galau di FB ama twiteran aja sih! Hehehe…
Banyak remaja muslim yang latah ikut tren budaya Barat dan ikut merayakan hanya karena takut dianggap kuno, ketinggalan zaman, kampungan atau ndeso. Tapi, nggak sedikit juga lho yang tahu kalo sebenarnya Valentine’s Day itu merupakan budaya non muslim. But, karena alasan gengsi jadi ikut ngerayain. Bahaya!
Padahal Islam mengharamkan umatnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa tahu status hukumnya. Islam juga sangat melarang sikap tasyabbuh (meniru budaya atau gaya hidup orang-orang kafir), baik dari segi ucapan, tingkah laku, maupun cara bermode. Seperti sabda Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka” (HR Abu Dawud)
Hadis ini mengisyaratkan bahwa meniru-niru budaya orang lain yang tak sesuai dengan ajaran Islam memiliki risiko yang demikian tinggi sampai-sampai orang tersebut akan dianggap sebagai bagian dari orang yang ditiru. So, jangan karena hanya merasa banyak orang yang melakukan atau banyak orang yang merayakan, terus kita jadi ikut-ikutan ngerayain. Padahal nggak ada jaminan kan, kalo dilakuin banyak orang itu adalah tindakan yang benar? Kayak orang di rumah sakit jiwa, kan dominan adalah pasiennya. Masa’ para dokter pengen ikutan gila karena banyak yang gila? Allah udah jelas-jelas memperingatkan kita dalam firman-Nya, “…dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (QS al-An’aam [6]: 116)
Allah juga melarang kita mengikuti atau mengerjakan sesuatu yang kita nggak punya pengetahuan tentang itu. Hal ini seperti yang diungkapkan dalam FirmanNya, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban” (QS al-Israa [17]: 36)
Begitulah sobat gaulislam, Allah Ta’ala itu nggak menghendaki kaum muslimin menjadi “buntut” budaya lain yang berbenturan nilai-nilainya dengan Islam. Peringatan Allah Ta’ala pada ayat di atas memberikan pencerahan pada kita semua bahwa Islam dengan ajarannya yang universal harus dijajakan dengan rajin pada dunia. Agar manusia mengenal Islam dengan cara yang benar en Islam kembali menjadi kiblat peradaban dunia. Insya Allah.

Hakikat cinta
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Allah Ta’ala itu sangat mencintai hamba-Nya. Bukti kecintaan Allah Ta’ala adalah Dia menciptakan bumi tempat kita tinggal agar nyaman untuk umat manusia tinggali. Allah juga menurunkan al-Quran sebagai petunjuk hidup manusia. Di dalamnya, nggak terdapat secuil pun cacat cela atau keraguan. Al-Quran memang benar-benar kalamullah dan merupakan petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa (lihat al-Baqarah ayat 2).
Islam punya aturan bahkan untuk urusan cinta. Islam nggak melarang seseorang untuk jatuh cinta. Hanya saja, Allah mengarahkan agar cinta itu bukan untuk bermaksiat. Bukan cinta yang nggak punya malu, apalagi sampai diliputi hawa nafsu. Akan tiba saatnya teman-teman untuk menemukan cinta yang tepat, dari orang yang tepat dan pada waktu yang tepat. InsyaAllah. Luruskan niat, maksimalkan ikhtiar, dan tetap berharap ridho Allah Ta’ala.
Adapun cinta sejati adalah hanya kepada Allah. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dalam hadis qudsi, Allah berfirman,”Aku tergantung prasangka hambaKu. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, niscaya Aku juga akan mengingatnya dalam diri-Ku. Apabila dia mendekatiku dalam jarak sejengkal, niscaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sehasta. Apabila dia mendekati-Ku sehasta, niscaya Aku akan mendekatinya dengan jarak sedepa. Apabila dia datang kepadaKu dalam keadaan berjalan, niscaya Aku akan datang kepadanya dalam keadaan berlari.”(Mutafaq ‘alaih)
Sobat gaulislam, apalagi yang ditunggu? Udah saatnya kamu menyerahkan cinta dan kasih sayangmu kepada Yang Maha Mencintai dan Maha Mengasihi dengan menjadikan Islam sebagai satu-satunya jalan kehidupan. Katakan kepada dunia bahwa kita bangga terhadap Islam. Katakan kepada dunia bahwa kita puas dengan aturan Islam. Say with love… but No Valentine’s Day! [Wita Dahlia | wita_dahlia@yahoo.com]

makna rukun iman yang pertama


Bismillah. Pembaca yang dimuliakan Allah, siapakah di antara kita yang tidak ingin merasakan manisnya iman? Tentu, semua ingin merasakan manisnya iman. Karenanya, renungkanlah hadits Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berikut, Akan merasakan manisnya iman, seseorang yang ridha dengan Allah sebagai Rabb-nya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai rasul.” (HR. Muslim). Dengan demikian, mungkinkah seseorang akan merasakan benar-benar ridha dengan Allah sebagai Rabb-nya jika ia tidak tahu makna dari rukun iman yang pertama yaitu iman kepada Allah? Iman bukan hanya pengakuan di lisan saja akan tetapi iman harus diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata. Hasan Al Bashrirahimahullah berkata, “Sesungguhnya iman bukanlah angan-angan atau pengakuan semata, tetapi iman adalah keyakinan yang tertancap dalam hati dan dibuktikan dengan amalan-amalan
Pembaca yang budiman, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan di kitab Nubdzah Fil Aqidah Al Islamiyyah bahwa keimanan kepada Allah mengandung 4 unsur, yaitu :
Pertama, mengimani adanya Allah.
Keberadaan Allah dapat ditunjukan dengan 4 dalil yaitu fitrah, akal, syariat, dan indrawi. Secara fitrah, sesungguhnya setiap makhluk yang diciptakan secara otomatis beriman kepada penciptanya tanpa belajar terlebih dahulu. Tidak ada yang menyimpangkan fitrah ini kecuali penyimpangan yang ada dalam hatinya. Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Tidak ada anak yang lahir kecuali telah memilki fitrah (beriman kepada Allah-pen) lalu orang tuanya lah yang menjadikan ia yahudi, nasrani atau majusi” (HR Bukhari)
Secara akal, semua makhluk yang ada di dunia ini baik yang terdulu maupun yang akan datang mengharuskan adanya sang Pencipta yaitu Allah. Mungkinkah makhluk itu secara tiba-tiba tanpa ada yang menciptakannya? Bukankah seadainya ada orang yang mengatakan bahwa bangunan ini tercipta dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan tentu kita akan mengingkari orang tersebut? Lalu, bagaimana dengan adanya alam semesta ini?
Secara syariat, semua kitab suci yang telah Allah turunkan memberitakan tentang adanya Allah. Bukankah segala aturan yang terkandung di dalamnya menunjukan adanya Rabb yang Maha Tahu dengan kemaslahatan makhluknya?
Secara indrawi, bukankah kita pernah mendengar bahkan menyaksikan terkabulnya doa seseorang? Seperti yang Allah ceritakan dalam firman-Nya (yang artinya), “Ingatlah kisah Nuh ketika ia berdoa sebelumnya lalu Kami mengabulkan doanya” (QS. Al Anbiyaa : 76). Kemudian, bukankah para Nabi diberikan mukjizat yang dapat dilihat dan didengar? Hal ini adalah dalil tegas tentang adanya Dzat yang mengutus mereka, yaitu Allah. (lihat Nubdah, hal 16-21)
Kedua, mengimani rububiyyah Allah
Yang dimaksud dengan mengimani rububiyah Allah adalah mengimani bahwa Allah adalah satu-satunya Rabb dan tidak ada sekutu baginya. Rabb adalah yang mencipta, yang menguasai, dan yang mengatur alam semesta. Allah berfirman (yang artinya),“Jika Engkau bertanya kepada mereka (orang-orang musyrik)‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi’pasti mereka akan menjawab, ‘Yang menciptakannya adalah Allah yang Maha Agung dan Maha Tahu’.” (QS. Az Zukhruf : 9)
Allah berfirman (yang artinya), “Itulah Allah, Rabb kalian, kepunyaan-Nya lah kerajaan, dan orang-orang yang kalian ibadahi dari selain Allah tidak memiliki apa pun walau setipis kulit ari” (QS. Fathir : 13). (lihat Nubdah, hal 21-23)
Ketiga, mengimani uluhiyah Allah
Yang dimaksud dengan mengimani uluhiyyah Allah adalah mengimani bahwa Allah adalah satu-satunya ilah yang berhak dibadahi. Tidak ada sekutu baginya. Ilah artinya yang diibadahi karena kecintaan dan pengagungan. Allah berfirman (yang artinya), “Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya selain Allah yang diibadahi oleh mereka (orang-orang musyrik), itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Maha Tinggi lagi Maha besar.”(QS. Al Hajj : 62). Allah menilai batilnya sesembahan orang musyrik. Karena, selain Allah adalah makhluk yang tidak memiliki apa pun dan tidak dapat memberikan manfaat kepada penyembahnya serta tidak dapat menolak bahaya yang menimpa dirinya.
Seseorang yang telah mengimani rububiyyah Allah mengharuskannya untuk mengimani uluhiyyah Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, beribadahlah kalian kepada Rabb kalian yang telah mencipatakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (QS Al Baqarah : 21). (lihat dari Nubdah, hal 23-26)
Keempat, mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah
Yang dimaksud dengan mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang telah Allah tetapkan untuk diri-Nya di Al Qur’an dan hadits Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam tanpa melakukan penyimpangan.Iniadalahsalah satu prinsip aqidah ahlus sunnah wal jama’ah.
Allah berfirman (yang artinya), “Milik Allah-lah nama-nama yang indah maka berdoalah kepada-Nya dengan nama-nama-Nya. Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpangkan nama-nama-Nya. Mereka akan dihukum dengan apa yang telah mereka kerjakan” (QS. Al A’raf : 180). Allah juga berfirman (yang artinya), “Dia tidak semisal dengan apapun. Dialah Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (QS. Asy Syura : 11). (lihat Nubdah, hal 23-26).
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa bentuk menyimpangkan sifat-sifat Allah ada 4 yaitutahrif, ta’thil, takyif dan tamsil. Tahrif adalah mengubah lafadz atau makna dari yang seharusnya. Contoh bentuk tahrif yaitu menaknai tangan Allah dengan kekuatan dan nikmat. Ta’thil adalah mengingkari semua nama dan sifat bagi Allah yang telah Allah tetapkan untuk dirinya atau mengingkari sebagiannya. Contoh bentuk ta’thil adalah meniadakan tangan bagi Allah. Takyif adalah mendiskripsikan sifat-sifat Allah dengan begini dan begitu. Contoh bentuk takyif adalah mendeskripsikan bahwa tangan Allah itu begini dan begitu. Tamsil adalah menyamakan sifat-sifat Allah dengan makhluk. Contoh bentuk tamsil yaitu menyamakan tangan Allah dengan tangan manusia. (lihat Syarh Al ‘Aqidah Al Islamiyyah, hal 57-77)
Kemudian, beliau rahimahullah juga menyampaikan bahwa bentuk menyimpangkan nama-nama Allah ada 5 yaitu pertama, tidak menamai Allah dengan nama-nama yang telah ditetapkan oleh Allah. Kedua, mengingkari semua atau sebagian nama-nama Allah.Ketiga, menetapkan bahwa nama Allah tidak mengandung sifat. Keempat, menetapkan nama-nama dan sifat-sifat bagi Allah disertai dengan penyerupaan dengan makhluk.Kelima, mengambil dari nama-nama yang khusus bagi Allah sebagai nama-nama makhluk. (lihat syarh Al ‘Aqidah Al Islamiyyah, hal 78-81)
Buah dari Iman
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan bahwa di antara buah dari iman yaitu Pertama, masuk surga dan selamat dari neraka. Kedua, Allah melindungi orang-orang ebriman dari kejelekan dunia dan akhirat serta dari tipu daya syaitan. Ketiga, Allah memberikan janji pertolongan kepada orang yang beriman. Keempat, hidayah Allah berupa ilmu dan mempraktekannya bergantung pada iman. Kelima, iman menjadi sebab bertambahnya ilmu dan amal. Keenam, tidak mungkin seorang hamba dapat beribadah dengan baik kepada Allah kecuali dengan iman. Ketujuh, hubungan antar manusia akan sempurna jika berlandaskan iman. Kedelapan, iman adalah sebab terbesar untuk melakukan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.Kesembilan, iman akan membantu seseorang untuk besabar ketika berada dalam kesulitan. Kesepuluh, iman akan membuahkan kualitas tawakal yang luar biasa kepada Allah. Kesebelas, iman akan membuah akhlak yang terpuji (lihat Taisir Al Lathif Al Manan, 82-91)
Sebab Pelemah Iman
Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin hafidzahullah menyampaikan bahwa di antara faktor penyebab turunnya iman. Pertama, bodoh tentang ilmu agama. Kedua, hati yang lalai. Ketiga, mengerjakan maksiat. Keempat, mengikuti hawa nafsu. Kelima, mengikuti bujukan syaitan. Keenam, berlebihan dengan urusan dunia. Ketujuh, teman yang jelek. (lihat Asbab Ziyadah Al Iman wa Nuqshanihi, hal 77-105)
Semoga Allah senantiasa memberikan dan menambahkan ilmu yang bermanfaat bagi kita dan hanya kepada Allah kita memohon taufik.
Penulis : Fitriyansah (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)